Jakarta (ANTARA) - Langkah negara-negara kaya merekrut perawat asing dari daerah lebih miskin saat varian Omicron menyebar di dunia memperburuk kekurangan tenaga kerja dan kesenjangan kesehatan global, demikian dilaporkan Reuters.

Untuk merespons kurangnya tenaga perawat di tengah melonjaknya kasus Omicron, banyak negara Barat telah meningkatkan rekrutmen internasional sebagai bagian dari tren yang memperburuk kesenjangan kesehatan, ungkap Reuters, mengutip CEO Dewan Perawat Internasional Howard Catton.

"Kami benar-benar melihat peningkatan rekrutmen internasional ke negara-negara seperti Inggris, Jerman, Kanada, dan Amerika Serikat," kata Catton dalam wawancara dengan Reuters yang dilansir Xinhua, Kamis. 
 
Orang-orang melewati lukisan mural seorang perawat yang baru dibuat di Manchester, Inggris, pada 5 November 2020. (Xinhua/Jon Super)


"Saya benar-benar mengkhawatirkan 'jalan pintas' ini, yang sedikit mirip dengan kelangkaan yang terjadi pada alat pelindung diri (APD) dan vaksin di mana negara-negara kaya menggunakan kekuatan ekonomi mereka untuk membeli dan menimbun. Jika mereka melakukan hal serupa dengan tenaga keperawatan, itu hanya akan semakin memperparah kesenjangan," ujar dia.

Beberapa rekrutan internasional berasal dari Afrika sub-Sahara, termasuk Nigeria, dan sebagian wilayah Karibia, kata Catton, seraya menambahkan bahwa perawat-perawat ini dijanjikan dengan gaji lebih tinggi, persyaratan yang lebih baik daripada di negara asal dan status keimigrasian.

Menurut laporan Reuters, Catton menyerukan lebih banyak upaya untuk memperkuat tenaga kerja Amerika Serikat. "Kita membutuhkan upaya global yang terkoordinasi, kolaboratif, dan terpadu yang didukung oleh investasi yang serius, bukan hanya kata-kata hangat, basa-basi dan tepuk tangan."
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2022