Surabaya (ANTARA News) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya memiliki dua guru besar tambahan, yakni Prof Dr Ir Abdullah Shahab MSc PhD sebagai guru besar ke-100 dan Prof Dr Darminto MSc ke-101.

Prof Abdullah Shahab dari Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri (FTI) dan Prof Dr Darminto MSc dari Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) itu dikukuhkan Rektor ITS Prof Triyogi Yuwono DEA di Graha ITS Surabaya, Rabu.

Dalam orasi ilmiahnya, Prof Shahab mengemukakan bahwa pengelasan merupakan salah satu aspek penting dalam disiplin ilmu manufaktur.

"Keberhasilan suatu proses pengelasan, selain ditentukan oleh pemilihan parameter, keahlian juru las, dan kesiapan peralatan, juga ditentukan oleh kondisi internal dari logam yang dilas," katanya.

Secara lebih spesifik, pidato pengukuhan itu menjelaskan pemanfaatan teknik metalography untuk melihat perubahan mikrostruktur akibat pengelasan.

"Tinjauan terkait dengan berbagai fenomena yang terjadi pada pengelasan, seperti perubahan struktur mikro akibat penggunaan proses pengelasan yang berbeda; pembentukan mikrostruktur yang keras yang memudahkan terjadinya keretakan; dan sebagainya," katanya.

Sementara itu, Prof Dr Darminto MSc menyampaikan pidato bertajuk "Pengembangan Material Maju dan Cerdas serta Upaya Pengolahannya dari Sumber Alam Lokal."

Profesor di bidang Fisika Zat Mampat (Condensed Matter) itu menjelaskan, perkembangan terkini material mengarah kepada objek berukuran nanometer (10-9 m), atau yang disebut material-nano (nano-materials), yang kaya akan potensi aplikatif di masa mendatang.

"Material pada umumnya dapat diperoleh dengan mengolah sumber-sumber alam dan hal ini sudah sangat lama dilakukan. Sebagai contoh di Jawa Timur, misalnya pasir besi, pasir silika, dan batu kapur," katanya.

Eksploitasi sumber daya alam dalam jumlah besar-besaran telah kita sadari akan mengganggu kelestarian lingkungan, karena menghasilkan kerusakan di sekitar areal penambangan.

"Untuk menghindari kerusakan lebih parah yang bahkan berpotensi menimbulkan bencana, pemerintah setempat telah menutup beberapa areal galian, namun optimalisasi pemanfaatan akan lebih menguntungkan dari aspek lingkungan dan ekonomis," katanya.

Dalam sambutannya, Rektor ITS Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA mengatakan guru besar bukanlah akhir dari sebuah karier di akademik seseorang, namun justru merupakan sebuah awal dari produktivitas karya-karya besar.

"Itu amanat Renstra ITS, karena ITS harus menjadi universitas riset pada tahun 2017, karena itu saya sangat berharap agar para dosen ITS yang telah bergelar S3 untuk menyegerakan diri mengurus jabatan guru besarnya," katanya.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011