Jakarta (ANTARA) - Indonesia Cyber Education Institute (ICE Institute) meluncurkan program mikrokredensial pengembangan gim bagi mahasiswa sebagai bagian dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

“Program ini merupakan bagian dari MBKM yang berkolaborasi dengan 10 perguruan tinggi," kata Kepala Unit Pengembangan Pembelajaran dalam Jaringan Indonesia (UPPDJI) atau ICE Institute, Prof Paulina Pannen dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

Ke-10 perguruan tinggi tersebut, adalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Pelita Harapan (UPH), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas AMIKOM Yogjakarta, Universitas Telkom, Universitas Indonesia (UI), Universitas Pradita, Universitas Bina Nusantara (Binus), dan Universitas Terbuka (UT).

Baca juga: Pemerintah berikan beasiswa bagi mahasiswa di ICE Institute

Terdapat lima kategori yang dapat dipilih oleh peserta, yaitu Game Artist, Game Project Management, Game Designer, Game Programmer, Educational Game Developer, dan  Capstone Project.

“Pada Capstone Project, peserta yang telah lulus pada stream pilihan mereka akan bergabung dan membuat sebuah prototipe gim sederhana,” kata dia.

Dia menambahkan mahasiswa didorong untuk masuk ke dalam industri gim dengan bantuan para mentor yang merupakan profesional di industri gim di Indonesia dari Asosiasi Game Indonesia (AGI), Lokapala Game, dan Google.

“Peserta akan bergabung dari seluruh kompetensi, dan dengan bantuan para mentor, ikut terlibat langsung dalam mekanisme life cycle pengembangan suatu produk gim, termasuk promosi di sosial media dan pemasaran produk gim tersebut sampai ke pengguna,” jelas dia.

Rektor Universitas Terbuka yang menaungi ICE Institute, Prof Ojat Darojat mengatakan keberlangsungan ICE Institute sangat ditentukan oleh sinergi antara anggota konsorsium. Rektor UT mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kerja sama dan semangat gotong royong untuk menyukseskan program MBKM dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi.

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Dirjen Dikti) Kemendikbudristek, Prof Nizam mengatakan pihaknya optimistis dalam menyongsong era metaverse bersama dengan konsorsium ICE Institute pada Rapat Koordinasi Konsorsium ICE Institute beberapa waktu lalu.

“ICE Institute adalah mimpi saya yang akan dikembangkan secara kolaboratif. Ini merupakan amanah untuk memimpin proyek year-end di Asia Pacific, sehingga inheren dan kebutuhan akan e-learning akan semakin terjangkau,” kata Nizam.

Baca juga: Pemerintah resmikan ICE Institute beri akses pendidikan bagi semua

Baca juga: Rektor : ICE Institute upaya pemerataan akses pendidikan tinggi


Nizam menambahkan sebagai wadah bagi kolaborasi kampus di seluruh Indonesia, modul-modul untuk mata kuliah-mata kuliah dari UGM dan Binus, misalnya, dapat digunakan hingga ke pelosok.

Topik mata kuliah yang langka, tetapi dibutuhkan seperti cyber security atau future trading dapat sampai hingga ke pelosok. Selain perguruan tinggi, ICE Institute juga menggandeng EnglishScore – British Council, Asosiasi Game Indonesia (AGI), dan Cipta Karsa Adikarya (Cakra).

"Potensi pasar dari penjualan video gim di Indonesia sangat besar, baik dalam hal penjualan maupun penyerapan tenaga kerja yang mencapai hampir 30 juta orang di seluruh dunia. Hal ini yang mendorong saya untuk membentuk program Microcredential Game Developer,” terang Nizam lagi.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022