Jakarta (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat semasa Perang Dunia II, Franklin Delano Roosevelt, pernah menyatakan bahwa “no man can tame a tiger into a kitten by stroking it" (tidak ada orang yang bisa mengubah macan menjadi anak kucing dengan membelainya).

Konteks dari pidato yang disampaikan Presiden Roosevelt ketika itu adalah refleksinya terhadap kekejaman tentara Nazi yang telah meluluhlantakkan Eropa yang menggiring seluruh dunia ke dalam perang global.

Roosevelt tidak percaya bahwa hanya dengan bersikap baik, maka perangai Nazi yang dipimpin Adolf Hitler akan berubah, sebagaimana tidak ada macan yang berubah menjadi anak kucing hanya dengan dibelai.

Pada saat ini, dunia juga memang (sedang) tidak lagi memiliki diktator yang mengancam perang global. Namun, memasuki Tahun Macan Air yaitu tepatnya tahun 2022 Masehi, dunia juga masih dihadapi dengan krisis global yaitu pandemi COVID-19.

Namun, alih-alih menghadapi pandemi dengan pesimis, tidak sedikit kalangan konsultan properti multinasional menyatakan bahwa ada secercah harapan dan optimisme terkait kinerja sektor properti dalam memasuki Tahun Macan Air 2022 Masehi ini.

Misalnya, Managing Director Capital Markets & Investment Services Colliers Asia Terence Tang dalam keterangan tertulisnya mengingatkan bahwa kinerja pasar properti di berbagai kawasan Asia-Pasifik menunjukkan kecenderungan meningkat.

Hal tersebut, lanjutnya, khususnya juga terbantu dengan semakin longgarnya restriksi yang dibuat oleh berbagai pemerintah di beragam negara pada saat ini, serta sudah kembalinya ritme perkantoran dan aktivitas melanglang buana.

Terence Tang memperkirakan bahwa transaksi terkait dengan kinerja sektor properti akan terus dapat mengambil momentum di berbagai segmen yang ada pada tahun 2022, terlebih dengan semakin gencarnya vaksinasi.

Bagaimana halnya dengan kondisi yang ada di Indonesia? Sebagaimana kita ketahui, salah satu program andalan Presiden Joko Widodo di sektor perumahan rakyat antara lain adalah Program Sejuta Rumah.

Sesuai dengan namanya, program tersebut adalah upaya untuk membangun perumahan bagi rakyat di berbagai daerah di Tanah Air dengan jumlah yang diharapkan bisa mencapai atau melebihi satu juta rumah setiap tahunnya.

Melampaui sejuta

Meski pada tahun 2021 lalu virus corona masih merajalela di berbagai belahan dunia termasuk di Republik Indonesia, tetapi nyatanya realisasi program Sejuta Rumah pada tahun anggaran 2021 berhasil melampaui angka satu juta rumah, tepatnya sebanyak 1.105.707 unit rumah.

Hal tersebut juga tidak terlepas dari komitmen Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, yang menekankan bahwa meski di tengah pandemi, setiap warga negara Indonesia juga layak memiliki tempat tinggal yang layak huni, sehingga program Sejuta Rumah juga tidak boleh kendor.

Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Iwan Suprijanto mengatakan Program Sejuta Rumah merupakan gerakan percepatan dan kolaborasi antara pemerintah dengan para pelaku pembangunan perumahan dalam menyediakan hunian yang layak bagi masyarakat Indonesia.

Sedangkan terkait dengan capaian 1,1 juta pada tahun 2021, Iwan menyatakan bahwa capaian tersebut tidak lepas dari dukungan berbagai pemangku kepentingan bidang perumahan.

Mereka yang dapat disebut berjasa dalam mewujudkan program Sejuta Rumah, di antaranya adalah para pengembang perumahan, kalangan perbankan, sektor swasta, serta masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Angka 1.105.707 unit yang diraih tersebut sebenarnya dapat dibagi menjadi 826.500 rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan 279.207 rumah non-MBR.

Adapun rincian capaian rumah MBR terdiri dari hasil pembangunan rumah yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR sebanyak 341.868 unit, Kementerian/Lembaga (K/L) lainnya 3.080 unit, pemerintah daerah 43.933 unit, pengembang perumahan 419.745 unit, CSR Perumahan 2.270 unit, dan masyarakat 15.604 unit.

Sedangkan rumah untuk non-MBR, lanjutnya, berasal dari hasil pembangunan rumah yang dilaksanakan oleh pengembang perumahan sebanyak 244.010 unit dan masyarakat sebanyak 35.197 unit.

Membidik MBR

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program Sejuta Rumah lebih banyak membidik kalangan masyarakat berpenghasilan rendah, yaitu sekitar 75 persen dari keseluruhan rumah yang dibangun.

Sejak dicanangkan mulai tahun 2015 hingga saat ini jumlah hasil pembangunan rumah di Indonesia terus meningkat. Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Perumahan mencatat angka capaian Program Sejuta Rumah pada tahun 2015 sebanyak 699.700 unit, tahun 2016 sebanyak 805.169 unit, tahun 2017 sebanyak 904.758 unit.

Selanjutnya pada tahun 2018, Program Sejuta Rumah mencapai 1.132.621 unit, tahun 2019 mencapai 1.257.852 unit dan tahun 2020 lalu saat pandemi COVID-19 melanda jumlahnya 965.217 unit rumah.

Dalam menyukseskan program Sejuta Rumah, hal yang tidak kalah penting adalah melakukan sinergi dengan berbagai pihak terkait, seperti yang baru-baru saja dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Perumahan bersama Perum Perumnas.

Kolaborasi yang dibuat antara Kementerian PUPR dan salah satu BUMN tersebut adalah untuk terus meningkatkan pembangunan hunian layak melalui Program Sejuta Rumah. Dengan komitmen dari Perumnas, maka diharapkan akan semakin bisa membantu masyarakat dalam rangka memiliki hunian layak dengan harga yang terjangkau.

Apalagi, Perumnas memiliki sejumlah aset lahan yang lokasinya cukup strategis sehingga dapat dimanfaatkan sebagai lokasi pembangunan perumahan. Iwan memaparkan bahwa Perumnas ke depan juga dapat berperan antara lain untuk membangun Rusun untuk ASN maupun para milenial.

Lebih lanjut, Ia menerangkan, ke depan pihaknya juga akan berdiskusi dengan Perumnas untuk mewujudkan satu lokasi pilot project untuk kawasan perumahan dan permukiman yang terintegrasi dan tertata dengan baik.

Dukungan prasarana

Dalam hal ini, ujar dia, Kementerian PUPR akan memberikan dukungan terkait prasarana, sarana dan utilitas, drainase, jalan akses serta instalasi air bersih.

Sementara itu, Direktur Utama Perum Perumnas, Budi Saddewa Soediro mengungkapkan, saat ini Perumnas tengah mengembangkan beberapa proyek pembangunan rumah baik rumah tapak maupun rumah susun di sejumlah daerah.

Perum Perumnas juga menyatakan siap melakukan koordinasi dengan Kementerian PUPR yang berwenang menetapkan kebijakan di bidang pembangunan infrastruktur dan perumahan nasional.

Tidak hanya sinergi, karena sektor perumahan atau properti dinilai terkait dengan 174 aktivitas perekonomian lainnya mulai dari material bangunan sampai korden rumah, maka Kementerian PUPR juga menginginkan agar kontraktor pembangunan Program Sejuta Rumah menggunakan dan memanfaatkan produk dalam negeri.

Adanya produk bahan bangunan rumah produksi dalam negeri selain bisa meningkatkan daya saing industri dalam negeri juga dapat menggerakkan roda perekonomian Indonesia.

Untuk itu, Ditjen Perumahan Kementerian PUPR juga ke depannya berencana untuk mempunyai standardisasi bahan bangunan khususnya produk dalam negeri.

Dengan memberi kesempatan lebih besar kepada produk dalam negeri, maka hal tersebut juga dinilai akan sangat bermanfaat sebagai bagian dari pemulihan ekonomi nasional sekaligus membuka lapangan pekerjaan di berbagai daerah.

Karena itu, tidak heran bila menghadapi Tahun Macan Air 2022 ini, program Sejuta Rumah juga diyakini akan tetap berkibar dan bahkan diharapkan dapat melampaui keberhasilan yang dicapai pada tahun 2021 lalu.

Baca juga: Konsultan: 2022 diharapkan jadi tahun properti bergairah kembali
Baca juga: Kementerian PUPR: UU Cipta Kerja bakal pacu pembangunan perumahan
Baca juga: Realisasi program Sejuta Rumah 2021 capai 1,1 juta unit

 

Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022