Bandung (ANTARANews) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring menyatakan dalam tiga tahun terakhir tercatat peretas menyerang laman/situs milik pemerintah yang tergabung dalam situs go.id sebanyak lebih dari tiga juta kali.

"Ya ini yang dideteksi oleh teman-teman kita di Kemenkominfo bahwa situs pemerintah yang tergabung dalam situs go.id lebih dari tiga juta kali telah diserang oleh para peretas (hacker)," katanya di Bandung, Selasa.

Ditemui setelah berbicara dalam Seminar dan Bimtek Keamanan Informasi di Bandung, ia mengatakan, Kemenkominfo sudah melakukan perlawanan ("blocking") terhadap para peretas yang menyerang laman-laman pemerintah itu.

"Tapi, teman-teman (Kemenkominfo) juga sudah melakukan suatu `blocking` dari serangan-serangan itu," ujarnya.

Ia mengatakan, penjagaan keamanan informasi di dunia maya bukan hanya tanggung jawab dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, namun tanggung jawab semua pihak.

"Kami pernah mendapat angka yang cukup mencengangkan terkait aktivitas para peretas yakni dalam satu hari tercatat situs pemerintah yang diserang sebanyak 500 ribu kali lebih," katanya.

Melihat fenomena tersebut, Menkominfo menyatakan keprihatinannya karena laman milik Kemenkominfo, Polri, TNI, Pertamina dan Lemhanas pun pernah diserang oleh mereka.

"Kita sangat prihatin dengan dunia maya, di mana hampir seluruh dunia diserang para peretas. Artinya, di sini kita menyadarkan bahwa sekuriti itu penting (mengamankan informasi kita di dunia maya)," katanya.

Secara internasional, jejaring sosial media ini sudah menimbulkan gejolak politik. "Bahkan Presiden pun pernah berpidato tentang SMS dan BBM (Blackberry Massanger) dari Nazaruddin," kata Tifatul.

Oleh karenanya, ia meminta agar semua pihak tetap waspada terhadap keamanan informasi di dunia maya.

"Kadang-kadang kita suka tidak peduli terhadap keamanan informasi kita di dunia maya, seperti bikin password 123 dan itu dipasang di komputer. Kalau sudah dibobol para peretas bisa jadi masalah," katanya.(*)

(U.KR-ASJ/E011)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011