Jakarta (ANTARA News) - PT Petrokimia Gresik (Petrogres) bersama Jordan Phosphate Mines Co Plc akan merealisasikan pembangunan pabrik asam fosfat berkapasitas 200 ribu ton per tahun mulai Agustus depan dan diproyeksikan selesai awal 2014.

Dengan pembangunan pabrik baru itu diharapkan ketergantungan terhadap bahan baku pupuk NPK impor dapat ditekan.

"Pembangunan pabrik tersebut menelan waktu 30 bulan," ujar Direktur Utama Petrogres Hidayat Nyakman di Jakarta, Rabu, usai menyaksikan penandatanganan kontrak antara PT Petro Jordan Abadi dengan konsorsium PT Rekayasa Industri-Wuhan Engineering Co Ltd untuk membangun pabrik asam fosfat dan produk sampingannya di Gresik, Jawa Timur.

Ia menjelaskan, Petrogres bersama Jordan Phosphate Mines Co Plc (JPMC) telah membuat perusahaan patungan PT Petro Jordan Abadi dengan komposisi saham 50:50. Pada tahap awal kedua perusahaan akan menyetorkan modal masing-masing 2 juta dolar AS.

Pembangunan pabrik tersebut menelan biaya sekitar 184,3 juta dolar AS, dimana sekitar 70 persen atau 129 juta dolar AS diantaranya merupakan dana pinjaman dari konsorsium Bank Mandiri dan bank ekspor impor Indonesia. Sisanya sebesar 55,3 juta dolar AS merupakan modal sendiri yang berasal dari Petrogres dan JPMC.

"Pembangunan pabrik itu memiliki nilai strategis untuk menjaga kepastian pasokan bahan baku utama pupuk majemuk (NPK) yaitu fosfat," ujar Hidayat.

Selama ini Petrogres masih mengimpor sekitar 400 ribu ton asam fosfat per tahun, sebagian besar dari Yordania. Petrogres sendiri sebenarnya telah memiliki pabrik asam fosfat dengan kapasitas 200 ribu ton per tahun, yang bahan baku batuan fosfatnya juga diimpor dari Yordania dan Mesir.

"Kami membutuhkan sekitar 600 ribu ton asam fosfat untuk memproduksi sekitar 2,2 juta ton NPK Phonska," kata Hidayat.

Dalam upaya mengurangi ketergantungan impor tersebut, lanjut Hidayat, Petrogres menggandeng JPMC sebagai produsen asam fosfat sekaligus penghasil batuan fosfat terbesar di Yordania, untuk membangun pabrik di Indonesia.

"Pasokan batuan fosfat dan asam fosfat di dunia sangat terbatas, dan harganya terus meningkat," ujar Hidayat. Saat ini produsen batuan fosfat terbesar adalah Maroko, Yordania, Mesir, dan Tunisia. Pasokan yang terbatas dan permintaan yang tinggi dari berbagai negara, lanjut dia, mendorong kenaikan harga batuan dan asam fosfat di dunia.

Ia mengatakan bahwa sekarang harga asam fosfat di dunia mencapai sekitar 1.100 dolar AS per ton dan harga batuan fosfat menembus angka 220 dolar AS per ton. "Beruntung kami punya kontrak setahun dengan JPMC, sehingga mendapat harga batuan fosfat sebesar 160 dolar AS per ton," katanya.

Sementara itu Komisaris Utama dan CEO JPMC Walid Ismail Kudri mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan Petrogres sebagai pemasok batuan dan asam fosfat sejak 1985.

Ia melihat Indonesia merupakan pasar fosfat yang besar, karena kebutuhan pupuknya sangat tinggi. "Indonesia merupakan pasar yang besar dengan tingkat ekonomi yang semakin kuat," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, selain menjalin kerja sama dengan Petrogres membangun pabrik asam fosfat, JPMC juga akan membangun pabrik yang sama di Kalimantan dan Makasar melalui kerja sama dengan PT Pupuk Kalimantan Timur dan PT Pupuk Sriwijaya. "Kami akan membangun dua proyek lagi setelah ini," ujarnya.

Ditambahkan Direktur Utama PT Petro Jordan Abadi, Muhammad Chadik Anis, pabrik hasil patungan Petrogres dan JPMC tersebut tidak hanya menghasilkan asam fosfat, tapi juga asam sulfat sebanyak 600 ribu ton dan gypsum granule sebanyak 500 ribu ton per tahun.

"Produk asam sulfat yang dihasilkan pabrik baru tersebut akan dipasok untuk Petrogres seluruhnya," ujar dia.

Anis memperkirakan omzet penjualan dari asam fosfat saja kelak mencapai kisaran Rp1,5 triliun sampai Rp2 triliun, belum termasuk penjualan asam sulfat dan gypsum untuk pabrik semen.

Naikkan Kapasitas

Lebih jauh Dirut Petrogres Hidayat Nyakman mengatakan akan melakukan penambahan kapasitas pada pabrik asam fosfat milik sendiri tahun depan, sehingga kapasitasnya mencapai sekitar 300 ribu ton per tahun

"Tahun depan kami akan melakukan `repumping` pabrik asam sulfat yang ada sehingga kapasitas produksinya naik dari 200 ribu ton menjadi 300 ribu ton," katanya. Namun Hidayat tidak bersedia menyebutkan berapa investasi yang akan dikeluarkan Petrogres untuk menambah kapasitas pabrik tersebut.

(R016/S006)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011