Jakarta (ANTARA) - Empat hari lalu di Stadion Ahmadou Ahidjo di Younde, Kamerun, sebelum Mesir memastikan diri bertemu Senegal dalam final Piala Afrika 2021, dua ujung tombak Liverpool, Sadio Mane dan Mohamed Salah, berpapasan di lorong ganti pemain di stadion itu.

Mohamed Salah baru saja tuntas memimpin Mesir menghentikan Maroko dalam perempatfinal, sedangkan Mane hendak masuk lapangan untuk mengomandoi Senegal menghadapi Guinea Ekuatorial dalam perempat final lainnya.

Kedua laga perempat final antara keempat tim itu dilangsungkan di stadion yang sama dan dalam hari yang sama, 30 Januari lalu.

Baca juga: Mesir susul Senegal ke final Piala Afrika 2021

Kedua pemain Liverpool berbeda negara itu lalu berfoto bersama dan kemudian diposting dalam akun Instagram konfederasi sepak bola Afrika, CAF, di bawah keterangan "FRIENDS CATCH UP" atau dua sahabat bertemu.

Siapa sangka foto itu menjadi petunjuk bakal bertemunya lagi mereka di lapangan hijau, tetapi bukan seperti biasanya manakala mereka membela Liverpool.

Kini kedua striker inspiratif nan eksplosif itu saling berhadapan dalam final Piala Afrika 2021. Mane untuk Senegal, Salah untuk Mesir.

Penggemar sepak bola sejagat, khususnya suporter Liverpool, mungkin tak mau memilih siapa di antara mereka yang lebih baik karena mereka sama baik dan instrumental bagi timnya, apalagi sama-sama membela tim yang sama.

Namun jika saling berhadapan seperti terjadi dalam final Piala Afrika edisi tertunda satu tahun oleh pandemi virus corona itu, maka banyak orang yang ingin tahu pasti siapa sebenarnya yang lebih baik di antara mereka.

Statistik sendiri bisa berbicara lain, dan bisa bertolak belakang dengan pengetahuan umum yang selama ini ada pada publik mengenai kedua superstar itu. Dan pada tingkat klub dan timnas ternyata bisa lain.

Lihat saja, dari enam pertandingan terakhir selama Piala Afrika di Kamerun ini, Mane membuktikan diri sebagai pemain yang lebih produktif ketimbang Salah.

Mane menciptakan tiga gol, sedangkan Salah dua gol. Mane juga mengungguli Salah dalam merancang gol untuk rekan satu timnya. Mane dua assist, Salah satu assist.

Tak terlalu jauh memang, sehingga tidak otomatis menyimpulkan Mane lebih baik ketimbang Salah.

Tapi dari catatan itu, Mane terlihat berada dalam tim yang rekan-rekan satu timnya telah membuat dia bisa mengeluarkan segala kemampuan terbaiknya.

Baca juga: Kapten Kamerun mengaku tak terkesan dengan Mohamed Salah

Sebaliknya Salah tidak begitu. Dan itu salah satunya tidak terlihat saat pertandingan semifinal melawan Kamerun di mana dia sering sendirian di sepertiga terakhir lapangan tanpa pasokan bola dari rekan-rekannya.

Tetapi akan lain jika melihat total kiprah kedua pemain yang sama-sama dilahirkan tahun 1992 ini (Mane lebih tua dua bulan). Pemain Mesir itu sudah pasti pemain yang lebih produktif.

Dari total 89 kali memperkuat timnas Senegal, Mane telah menciptakan 29 gol atau rata-rata 0,32 gol per pertandingan, sedangkan Salah sudah menciptakan 47 gol dari 80 kali membela Mesir atau rata-rata 0,59 gol.

Pun begitu pada tingkat klub. Salah lebih superior daripada rekan satu timnya di Liverpool tapi satu sama lain akan membawa bola ke arah berlawanan dalam final AFCON 2021 nanti itu.

Dari 343 cap bersama enam klub berbeda, Mohamed Salah telah menciptakan 165 gol dari berbagai kompetisi. Ini artinya, rata-rata 0,48 gol setiap satu pertandingan.

Sementara Sadio Mane memiliki rata-rata 0,42 gol per pertandingan, dari total 179 gol yang dia diciptakan selama 429 kali bertanding untuk empat klub berbeda.

Di Liverpool pun demikian. Salah masih lebih dominan dibandingkan dengan Mane yang setahun lebih lama bergabung dengan The Reds.

Dari 229 cap bersama Liverpool sejak Juli 2017, Mohamed Salah sudah mencetak 148 gol, termasuk 111 gol dalam pertandingan liga.

Sedangkan dari 244 cap bersama tim yang sama sejak Agustus 2016, Mane telah mempersembahkan 107 gol yang 82 di antaranya dari pertandingan liga.

Baca juga: Kembali ke final Piala Afrika, Mane yakin Senegal punya bekal berharga


Sama-sama serba bisa

Kualifikasi kedua pemain pun tak begitu berbeda jauh.

Mohamed Salah kerap disebut penyerang serba bisa, namun lebih luas dikenal sebagai winger yang beroperasi di sayap kanan.

Posisi itu membuatnya efektif bergerak menyamping sampai tengah jantung pertahanan lawan dengan pergerakan kaki kirinya yang lincah nan kuat yang acap sulit dihentikan lawan.

Dia mematikan tak cuma kala mengeksekusi bola ketika peluang gol sudah di depan matanya, tetapi juga saat bermain satu dua dengan rekannya yang dia lakukan sangat cepat seperti rutin dia tunjukkan selama ini bersama Liverpool.

Dia piawai meneror dan merusak konsentrasi pertahanan lawan, sekaligus membebaskan rekan-rekannya menjadi tak terkawal di lini pertahanan lawan sehingga bebas mengoyak gawang mereka.

Bukan cuma posisi itu yang menunjukkan dia amat efektif sebagai eksekutor gol sehingga menjadi idaman semua klub, Salah juga bisa menjadi pelapis striker sebagai gelandang serang atau striker kedua.

Tetapi tahukah Anda, pada awal karirnya dia justru menempati posisi bek kiri saat masih bermain dalam level yunior di Mesir bersama klub El Mokawloon.

Setelah satu pertandingan melawan sebuah tim di mana El Mokawloon menang 4-0, Salah beberapa kali menyia-nyiakan peluang. Dari laga ini pelatih sadar telah keliru menaruh pemain ini pada posisi bek kiri. Selanjutnya Salah pun mendapatkan peran striker utama sampai dikenal luas seperti sekarang.

Kualifikasi Mane pun tidak jauh beda dari Salah. Striker ini juga disebut pemain yang serba bisa dan sekaligus produktif.

Ciri kental permainan Mane adalah penyelesaian akhirnya yang maut, sebenarnya sama dengan Salah.

Dia juga cepat, klinis, dan sangat lihai membawa bola sehingga lawan sulit menghentikan dan menyabotnya.

Baca juga: Mane desak Senegal kerahkan semua upaya untuk juarai Piala Afrika

Dia juga berperingkat tinggi dalam soal bagaimana mengambil keputusan di lapangan. Dan keahlian ini dibarengi oleh permainannya yang kreatif, lincah, dan terampil menggiring bola.

Bukan hanya ketika membawa bola, Mane juga cerdas dalam bagaimana harus bergerak dan memposisikan diri manakala tim merangsek ke jantung pertahanan lawan.

Itu membuat dua menjadi mudah saja berada pada posisi untuk menciptakan gol, tetapi sekaligus membuatnya gampang menciptakan peluang untuk rekannya.

Sama dengan Salah, Mane juga striker yang eksplosif, tetapi emosinya amat terkendali. Dia tetap tenang, tetapi tubuh dan kakinya tak akan pernah ikut tenang, sebaliknya tetap saja agresif begitu dekat gawang lawan.

Satu lagi nilai lebih Mane seperti dia tunjukkan sepanjang Piala Afrika 2021, yakni kemampuannya dalam membantu pertahanan, bahkan tak sungkan adu bola atas yang tak jarang dia menangkan, padahal dia bukan pemain bertubuh tinggi.

Dengan kualifikasi seperti ini, wajar jika pertemuan dua pemain terdahsyat Liverpool dalam final Piala Afrika 2021 itu bakal menjadi tontonan yang mengasyikan.

Mereka juga bukan sekadar bagian dari tim, karena mereka juga adalah pemimpin untuk masing-masing timnya. Mereka kapten untuk Senegal dan Mesir.

Tetapi siapakah dari kedua jenderal lapangan hijau ini yang berhasil mengantarkan timnas mereka ke puncak tertinggi kompetisi sepak bola Afrika?

Apakah Mohamed Salah yang berhasil memimpin Mesir menuntaskan penantian gelar juara selama 12 tahun turnamen ini dan sekaligus memperpanjang deretan trofi juara Afrika yang dikoleksi Mesir menjadi delapan buah?

Atau apakah Sadio Mane yang malah mengantarkan Senegal mengakhiri penantian panjang menjuarai turnamen ini?

Ini bukan hanya pertanyaan dari pendukung Mesir dan Senegal, tetapi juga diajukan banyak penggemar sepak bola sejagat.

Dan Senin dini hari pukul 02.00 WIB pada 7 Februari nanti adalah masa di mana jawaban untuk semua pertanyaan itu tertuntaskan.

Baca juga: Kalahkan Burkina Faso 3-1, Senegal ke final Piala Afrika 2021

Copyright © ANTARA 2022