Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta rumah sakit untuk siaga 1 mengantisipasi varian omicron dan menyikapi tingkat keterisian kamar  (BOR)  pasien COVID-19 kini meningkat.

"Saya sudah perintahkan semua rumah sakit siaga 1 karena BOR meningkat," ujar Ridwan Kamil dalam keterangan resminya di Bandung, Jumat.

Dia menuturkan, status siaga 1 tersebut harus ditunjukkan dengan penambahan kasur atau ruang pasien, ketersediaan tabung oksigen hingga obat-obatan.

"Bed ditingkatkan, oksigen disiapkan plus treatment-nya," katanya.

Mengenai penerapan status siaga 1 rumah sakit ini, khususnya di wilayah aglomerasi Bodebek dan Bandung Raya, dikeluarkan karena dua wilayah tersebut terjadi lonjakan kasus cukup signifikan yang kemungkinan varian omicron.

"Jadi kami mendorong aglomerasi ini rumah sakitnya agar bersiap-siap. Itu berulang-ulang dari dulu COVID-19 ngumpulnya di situ," kata Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil

COVID-19 varian omicron diketahui memiliki daya tular yang cukup cepat. Di Indonesia varian ini tingkat fatalitasnya lebih rendah dari varian delta, apalagi jika menyerang orang yang sudah divaksin lengkap. Rata-rata pasien sembuh dalam waktu 3-4 hari.​​​​​

"Omicron itu seperti kata Pak Menkes cepat menular, tapi juga cepat sembuh, tiga sampai empat hari biasanya sembuh," katanya.

Untuk itu bagi masyarakat yang terkonfirmasi varian omicron, namun bergejala ringan, Kang Emil meminta agar diisolasi di rumah masing-masing, dengan pengawasan dan obat-obatan yang cukup.

Sebab, katanya, perawatan di rumah sakit hanya bagi pasien yang bergejala berat, seperti demam, flu, batuk, saturasi rendah dan punya komorbid. Perawatan di luar rumah sakit ini akan berdampak baik pada BOR.

"Jadi kalau gejalanya ringan terus ingin dirawat di rumah sakit nanti menaikkan BOR. Rumah sakit itu untuk yang gejala berat, komorbid dan saturasi rendah, di luar itu di rumah saja dengan disiapkan vitamin, obat dan pengawasan," tuturnya.

Kang Emil meminta masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan dalam segala aktivitas. Pandemi COVID-19 hingga saat ini belum diketahui kapan akan berakhir.

"Protokol kesehatan tidak boleh diabaikan supaya kita jangan kalah oleh pandemi yang datang silih berganti dan belum selesai," ujarnya.

Meski demikian, menurut dia, Indonesia belum menampakkan fatalitasnya, namun di sejumlah negara, seperti Australia tingkat kematian akibat varian omicron cukup mengkhawatirkan.

Kewaspadaan, katanya, tetap diperlukan dan tak boleh menganggap enteng, terutama bagi lansia dan kelompok rentan atau punya komorbid.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022