Ambon (ANTARA News) - Isu gempa susulan yang disertai gelombang pasang air laut (tsunami) di Laut Banda, Maluku, tampak sangat meresahkan warga di Masohi dan Amahai, serta disayangkan pihak Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG). "Saya sendiri bingung dengan isu yang menyesatkan seperti ini, karena biasanya kalau ada gempa susulan sudah tentu intensitasnya lebih kecil dari gempa utama, sehingga masyarakat diimbau untuk tetap tenang, tetapi waspada," kata Kepala BMG Ambon, Benny Sipolo, kepada ANTARA News di Ambon, Sabtu. Sejumlah pulau besar dan kecil di Provinsi Maluku diguncang gempa tektonik berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) pukul 01:58:25,0 WIT. Pusat gempa terjadi pada titik koordinat 04,47 Lintang Selatan - 128,95 Bujur Timur atau arah 121 Km arah tenggara Pulau Ambon dengan kedalaman 330 Km di bawah permukaan laut. Kekuatan gempa dirasakan di Pulau Ambon, Namlea (Kabupaten Buru), Amahai dan Masohi serta Pulau Banda (Maluku Tengah), Piru (Seram Bagian Barat) dan Bula (Seram Bagian Timur) dengan kekuatan antara empat sampai lima Modified Mercalli Identicity (MMI) dan getaran akibat gempa ini juga terasa sampai ke pesisir Makasar (Sulut), Sorong dan Fak-Fak (Irian Jaya Barat). Gempa tersebut telah menimbulkan kepanikan masyarakat, terutama di Amahai dan Masohi, Kabupaten Maluku Tengah. Warga yang sedang tidur lelap banyak yang terbangun dan melarikan diri ke kawasan perbukitan. "Kami lari dengan pakaian yang melekat di badan ke dataran yang lebih tinggi karena takut gelombang air laut," ujar Hajah Syamsiah (45), salah seorang warga Masohi. Sipolo menjelaskan gempa tektonik ini terjadi akibat benturan keras dua lempengan dasar permukaan bumi dan biasanya akan diikuti gempa-gempa susulan dengan kekuatan yang semakin kecil. Mantan Sekretaris Daerah (Sesda) Maluku Tengah, Drs. Chris Papilaja, secara terpisah mengakui bahwa ada isu yang menyebutkan akan terjadi gempa susulan dan tsunami. "Saya sendiri menelpon teman yang rumahnya di pesisir pantai Kota Masohi, dan memastikan isu tsunami itu tidak benar," akunya. Penjabat Bupati Seram Bagian Barat (SBB), Drs. I.A Saimima, ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa laporan dari empat kecamatan di SBB menyebutkan tidak ada korban jiwa atau kerusakan bangunan akibat gempa berkekuatan 7,2 SR tersebut. Berbagai aktivitas pada Sabtu pagi berlangsung sebagaimana biasa terutama proses belajar-mengajar yang berjalan normal mulai dari tingkat sekolah dasar sampai Sekolah Menengah Umum (SMU) di SBB. Sementara Ny. Erni Boften, seorang warga dari Pulau Banda, yang dihubungi lewat telepon juga menjelaskan tidak ada keretakan bangunan akibat gempa tektonik yang terjadi Sabtu dinihari, kecuali warga sempat terbangun dan berhamburan ke luar rumah. Laporan yang sama juga diberikan warga Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Obet Manuhua, yang mengatakan bahwa semua warga sempat panik dan berlarian keluar rumah tapi tidak ada keretakan bangunan ataupun ada korban jiwa. "Saya sekarang berada di Pelabuhan Saumlaki untuk mengatur jadwal keberangkatan kapal KM. Tanimbar yang akan bertolak hari ini ke Ambon. Isu gelombang pasang itu ternyata tidak benar," kata Manuhua, karyawan di PT Pelni Cabang Saumlaki itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006