Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Politik Akbar Tanjung Institute M Alfan Alfian menilai kemunculan partai baru masih mengandalkan pola mobilisasi yang cepat saji (instan).

"Partai di kita yang muncul itukan partai yang instan, partai yang disiapkan secara serampangan, polanya adalah mobilisasi jangka pendek, mengandalkan kekuatan tokoh, kekuatan tokoh ini siapa tahu bisa mendongkrak dukungan publik," katanya di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, pola ini sebelumnya sukses dianut oleh Susilo Bambang Yudhoyono saat mendirikan Partai Demokrat. Namun demikian, karena partai tersebut menganut pola cepat saji, maka banyak masalah yang kemudian ditimbulkan.

Pola mobilisasi dan instan tersebut juga tidak memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, sebab partai politik yang didirikan hanya mengincar kekuasaan.

"Jadi kalau tidak dapat kursi ya bubar, tidak ada kelanjutannya, tidak pelembagaan partai, melakukan fungsi-fungsi partai, itu tidak ada, adanya ya hanya saat pemilu saja," katanya.

Menurut dia, partai politik yang ingin berkompetisi dalam pemilu seharusnya mempersiapkan diri secara matang. Membangun jaringan di masyarakat dan terus menyuarakan gagasan dan ide-ide yang akan dikembangkan.

"Kondisi ini memang membutuhkan waktu yang lama, tapi jelas memberikan kontribusi bagi pendidikan politik rakyat," katanya.

Menurut dia, kemunculan partai politik baru di Indonesia lebih dekat dengan kegagalan partai politik yang ada dalam mengemban fungsinya di dalam transisi demokrasi.

"Kita masih memiliki masalah transisional, masalah transisional dalam politik, sehingga gairah membuat partai politik masih tinggi. Jadi masih ada euforia politik, itukan sebenarnya masalah transisional, ini juga kritik terhadap partai-partai yang sudah mapan, bahwa mereka gagal melakukan pelembagaan politik, sehingga reaksi anti partai di respon dengan mendirikan partai baru," katanya.(*)
(T.M041/R010)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011