Medan (ANTARA) - Kabupaten Pakpak Bharat menjadi satu-satunya daerah di Provinsi Sumatera Utara yang berstatus zona hijau atau risiko rendah terhadap penularan COVID-19, dari total 33 kabupaten dan kota di daerah tersebut.
 
Berdasarkan data yang tertuang dalam laman resmi covid19.go.id yang dikutip di Medan, Selasa, menunjukkan bahwa daerah yang berstatus zona hijau COVID-19 di Sumut mengalami penurunan dari pekan sebelumnya terdapat 13 kabupaten dan kota.
 
Dari data tersebut, terdapat 31 kabupaten dan kota di Sumut yang berstatus zona kuning atau risiko rendah terhadap penularan COVID-19.
 
Adapun ke-31 daerah tersebut adalah Samosir, Nias Barat, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Tapanuli Tengah, Nias, Deli Serdang, Dairi, Toba Samosir, Padang Lawas Utara, Labuhan Batu Selatan, Batu Bara, Padang Lawas, Tapanuli Utara.

Baca juga: Kasus COVID-19 di Sumut diprediksi meningkat hingga akhir Februari

Baca juga: Enam orang terpapar COVID-19 varian Omicron di Sumut
 
Kemudian, Sibolga, Tapanuli Selatan, Karo, Simalungun, Humbang Hasundutan, Labuhan Batu Utara, Nias Utara, Medan, Binjai, Padangsidempuan, Labuhanbatu, Mandailing Natal, Serdang Bedagai, Langkat, Asahan, Nias Selatan dan Kota Pematangsiantar.
 
Sementara itu, untuk daerah yang masuk kategori zona oranye atau risiko sedang terhadap penularan COVID-19 di Sumut hanya satu yakni Kota Gunung Sitoli.

Peta zonasi risiko daerah dihitung berdasarkan indikator-indikator kesehatan masyarakat dengan menggunakan skor dan pembobotan.
 
Indikator-indikator yang digunakan seperti indikator epidemiologi yaitu penurunan jumlah kasus positif, suspek dan sebagainya.
 
Kemudian, indikator surveilans kesehatan masyarakat seperti jumlah pemeriksaan sampel diagnosis, serta indikator pelayanan kesehatan yakni jumlah keterisian tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit rujukan untuk pasien COVID-19.*

Baca juga: Dinkes Sumut: Keterisian RS rendah meski kasus COVID-19 melonjak

Baca juga: Ada tambahan 248 orang, positif COVID-19 di Sumut jadi 107.393 kasus

Pewarta: Nur Aprilliana Br. Sitorus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022