Itu dimasukkan saat proses packing beras
Kupang (ANTARA) - Perum Bulog Kantor Wilayah Nusa Tenggara Timur berkolaborasi dengan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NTT menyalurkan 11.460 ton beras bergizi atau beras fortivit kepada 191 anak untuk mencegah meningkatnya kasus stunting di kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).

Pemimpin Perum Bulog Kanwil NTT Asmal kepada wartawan di So'e, Kabupaten TTS, Jumat mengatakan bahwa penyaluran 11.490 ton beras fortivit itu hanya dibagikan khusus kepada anak-anak di desa Kesetnana, Kecamatan Molo Selatan.

"Jadi nantinya masing-masing anak per bulan dapat 10 kilogram. Sehingga jika ada dua orang anak dalam satu keluarga maka sebulan dapat 20 kilogram, " katanya.

Ia menjelaskan Bulog sebagai BUMN yang bergerak di bidang pangan sangat memberikan perhatian kepada masyarakat khususnya dalam hal peningkatan gizi, salah satunya melalui program Bulog peduli gizi.

Baca juga: Bulog: Pendistribusian beras fortivit dilakukan secara bertahap

Baca juga: Bulog siapkan 5 ton beras fortivit tanggani stunting di Kupang


Penyaluran beras gizi atau beras fortivit itu sendiri ujar dia akan dilakukan selama enam bulan dan selama itu akan dipantau oleh petugas untuk memastikan bahwa beras bergizi itu bermanfaat bagi anak-anak.

Akmal menilai bahwa jika beras bergizi itu dimanfaatkan secara baik oleh anak-anak yang menderita stunting tentunya akan sangat membantu memperbaiki gizi anak.

Hal ini karena lanjut Asmal bahwa beras fortivit ini kaya akan vitamin A, B1, B3 dan B6 serta B9 yang sangat baik sebagai solusi dan strategi program pemenuhan gizi masyarakat untuk mencegah kasus kekerdilan atau stunting.

“Beras ini mengandung mineral khusus untuk mencegah stunting. Itu dimasukkan saat proses packing beras. Mama-mama bisa buat bubur juga buat anak-anaknya sehingga gizinya bertambah," tambah dia.

Sementara itu Bupati TTS Egusem Pieter Tahun mengapresiasi upaya dari Bulog NTT berserta BKKBN yang membantu penanganan stunting di kabupaten TTS tersebut.

Pasalnya TTS merupakan kabupaten dengan kasus stunting tertinggi kedua di Indonesia. Ia pun berharap dengan adanya kepedulian tersebut mampu menekan angka prevalensi stunting hingga 0 persen.

"Kita berharap agar pemberian beras ini tidak untuk satu desa saja, tetapi kalau bisa di beberapa desa lainnya di Kabupaten TTS, " tambah dia.

Baca juga: Gubernur NTT ajak pemimpin gereja bantu tangani masalah kekerdilan

Baca juga: Gubernur NTT: 80.900 anak NTT mengalami kekerdilan

 

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022