Selama Hong Kong meminta, ibu pertiwi pasti akan merespons… Bergandeng tangan, kita pasti akan mampu mengatasi wabah ini segera
Hong Kong (ANTARA) - Pemerintah Hong Kong mencatat rekor 1.325 kasus baru COVID-19 pada Jumat, kata otoritas kesehatan setempat, ketika wilayah administratif khusus China itu berjuang menghadapi wabah yang memburuk.

"Sistem kesehatan kami sudah kelebihan beban, ini benar-benar di luar kapasitas," kata pejabat senior kesehatan Chuang Shuk-kwan.

Dia mengatakan bahwa secara terpisah sedikitnya 1.500 kasus dinyatakan positif dalam tes pendahuluan (preliminary positive case).

Hong Kong menerapkan dua kali tes COVID untuk menentukan kasus positif yang terkonfirmasi.

Ranjang rumah sakit untuk pasien COVID-19 di kota itu telah terisi 90 persen, menurut data Otoritas Rumah Sakit, sementara kapasitas fasilitas isolasi juga mendekati batas maksimalnya.

Jumlah kasus di Hong Kong telah meningkat 10 kali lipat sejak 1 Februari. Para pakar kesehatan memperingatkan kota itu bisa mencatat 28.000 kasus harian pada akhir Maret.

Banyaknya orang lanjut usia (lansia) yang tidak divaksinasi juga menimbulkan kekhawatiran khusus.

Lima lansia yang terinfeksi virus corona meninggal pekan ini. Hong Kong tidak mencatat satu pun kematian terkait COVID-19 sejak September tahun lalu.

Sejauh ini, kota itu telah melaporkan sekitar 20.000 infeksi dan 218 kematian, masih jauh lebih rendah dari kota-kota besar serupa lainnya.

Meskipun hanya sedikit pasien COVID-19 yang mengalami kondisi kritis, beberapa rumah sakit sudah penuh, kebanyakan oleh warga yang mengeluhkan sakit tenggorokan.

Para ahli kesehatan juga mengkhawatirkan perkiraan lonjakan infeksi yang bisa meningkatkan jumlah pasien yang parah, terutama di kalangan lansia yang sebagian besar belum divaksinasi.

Setiap hari ratusan ribu orang diharuskan menjalani tes, termasuk lansia dan anak-anak. Mereka antre berjam-jam dalam barisan ketat di luar pusat-pusat pengujian sehingga meningkatkan risiko penularan.

Sementara itu, China mengatakan akan mendukung penuh Hong Kong dengan strategi "nol dinamis" yang diberlakukannya.

Tiga menteri Hong Kong akan bertemu dengan pejabat China di Shenzhen untuk membahas dukungan itu, kata pemerintah dalam pernyataan.

Beijing "sangat prihatin" dengan keselamatan dan kesehatan penduduk serta ekonomi dan kehidupan rakyatnya, kata seorang juru bicara Kantor Urusan Hong Kong dan Makau (HKMAO) yang berada di bawah Dewan Negara China atau kabinet.

Kantor itu mengatakan akan membantu Hong Kong mengatasi COVID-19.

Baca juga: Sumber: Macron tolak tes COVID Rusia karena takut dicuri DNA-nya

"Selama Hong Kong meminta, ibu pertiwi pasti akan merespons… Bergandeng tangan, kita pasti akan mampu mengatasi wabah ini segera," kata HKMAO.

Pemerintah China akan membantu menambah kapabilitas pengujian Hong Kong dan mendirikan sebuah fasilitas karantina, kata South China Morning Post yang mengutip seorang sumber di Beijing.

Beijing juga bersiap mengirimkan ribuan pekerja medis dan lab, serta jutaan alat tes ke Hong Kong sehingga kapasitas pemeriksaan COVID bisa ditingkatkan dari 100.000 menjadi 300.000 tes per hari.

Mengikuti China daratan, Hong Kong berusaha meredam wabah sesegera mungkin --berbeda dengan banyak tempat lain di dunia yang mencoba "hidup bersama COVID"-- yang mengandalkan tingkat vaksinasi tinggi sembari melonggarkan pembatasan.

Pembatasan ketat di Hong Kong menjadikannya salah satu kota besar paling terisolasi di dunia.

Dengan jadwal penerbangan yang anjlok 90 persen dan sulitnya mendapatkan izin transit, Hong Kong pada Jumat memperpanjang larangan terbang dari delapan negara, termasuk AS dan Inggris.

Baca juga: Bloomberg: Dunia harusnya dukung kebijakan nol-COVID China

HKMAO mengatakan pihaknya juga sedang berkoordinasi dengan pemerintah provinsi Guangdong untuk memastikan pasokan sayur-mayur, makanan segar dan kebutuhan lain ke Hong Kong.

Bekas koloni Inggris itu mengalami kelangkaan sayur-mayur pekan ini setelah beberapa sopir truk lintas perbatasan, yang membawa barang-barang dari China daratan, terinfeksi virus corona.

China sebelumnya membantu kota itu pada 2020 lewat skema pengujian COVID massal dengan mengirimkan 600 orang petugas lab dan melakukan tes pada hampir 2 juta dari 7,5 juta penduduk Hong Kong.

Pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengatakan pekan ini dia meminta maaf atas lamanya waktu tunggu warga yang antre untuk menjalani tes atau masuk ke fasilitas isolasi.

Sumber: Reuters


Baca juga: Perundingan Rusia, Ukraina tak berhasil buat terobosan

Baca juga: Belanda bulan ini akan cabut sebagian besar pembatasan COVID

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2022