Jakarta (ANTARA) - Sutradara Prancis Francois Ozon mengatakan filmnya berjudul "Peter von Kant" adalah tentang hubungan posesif sutradara terhadap aktor muda, mengeksplorasi kuasa sutradara atas aktor-aktor: pertanyaan yang terasa kuat di era #MeToo.

Dalam film yang tayang di festival film Berlin tahun ini, Ozon mengatakan dia ingin menyodorkan pertanyaan ini kepada para sutradara dan penonton empat tahun setelah gerakan #MeToo mengejutkan industri film di dunia.

"Ada sesuatu yang universal... dengan semua pertanyaan tentang kontrol, manipulasi dan hubungan dominasi," kata Ozon dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Sabtu.

Baca juga: Setahun sejak #MeToo, Penelope Cruz ungkapkan Weinstein orang yang "rumit"

Gerakan #MeToo yang dimulai pada 2017 dari tuduhan pelecehan seksual yang dilakukan produser Hollywood Harvey Weinstein memicu ratusan aktor yang akhirnya bicara soal kekerasan dan pelecehan oleh sineas yang lebih berkuasa.

"Peter von Kant", remake dari film Jerman "The Bitter Tears of Petra von Kant" (1972) menceritakan sutradara terkemuka jatuh cinta kepada "Amir", pria yang jauh lebih muda dari keluarga miskin. Film ini dibintangi Denis Menochet dan Isabelle Adjani.

Von Kant merayu Amir dengan Champagne dan janji ketenaran, hingga ketenaran mendadak di karier pria muda itu membalikkan keadaan.

Baca juga: Gugatan baru tuduh Harvey Weinstein lecehkan anak 16 Tahun

Ozon mengatakan dia ingin menunjukkan bagaimana cinta mengubah hubungan kekuasaan.

"Itu membuat semua jadi lebih ambigu karena ada hal yang tidak binar, menurut saya, dalam hal pekerjaan dan hubungan cinta," ujar dia.

Ozon mengatakan pandemi membuat dia memikirkan film original yang sudah berusia 50 tahun itu, karena film tersebut dibuat dalam latar belakang satu apartemen, akan lebih mudah menyesuaikan dengan peraturan pandemi saat syuting.

Isu pelecehan seksual di dunia film juga terdengar di Tanah Air. Baru-baru ini, film "Penyalin Cahaya" mencoret nama kru yang diduga melakukan pelecehan seksual di dunia nyata. Ironinya, film tersebut mengisahkan penyintas kekerasan seksual yang berusaha mendapatkan keadilan dan membongkar kebenaran.

Baca juga: Kontes bakat "The Voice of Holland" dilanda skandal #MeToo

Baca juga: Proses ekstradisi Harvey Weinstein ditunda akibat Covid-19

Baca juga: Harvey Weinstein gagal minta persidangan dipindah ke luar New York

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022