dicat warna-warni seperti kue lapis. Itu sudah menyalahi undang-undang cagar budaya, harus segera ditindak....
Jambi (ANTARA News) - Otonomi daerah memang memungkinkan pemerintahan provinsi, kota, dan kabupaten menghimpun pendapatan asli daerah. Namun upaya itu seyogyanya sejalan dengan konsep pelestarian sejarah perjuangan setempat, sebagaimana dinyatakan budayawan Jambi, Jafar Rasuh.

Dia menyatakan kritikannya terhadap keberadaan menara air bernilai sejarah perjuangan bangsa dan pantas jadi ikon kota Jambi kini telah disulap pemerintah kota menjadi media iklan luar ruang.

"Tindakan itu sungguh sangat tidak mempertimbangkan nilai-nilai sejarah dari bangunan-bangunan tua yang ada di Kota Jambi. Apalagi menara air raksasa itu peninggalan zaman penjajahan Belanda, satu-satunya bangunan tua yang tersisa paling utuh hingga sat ini," katanya, di Kota Jambi, Kamis.

Menara air berukuran raksasa yang dia maksud itu lebih layak dijadikan ikon kota Jambi. Jika Jakarta punya Monumen Nasional, Surabaya miliki Tugu Pahlawan, Bukittinggi dengan Jam Gadang, Jayapura juga punya Tugu Trikora; maka Kota Jambi selayaknya mempunyai Menara Air itu.

Namun, cara bersikap pemerintah Kota Jambi ternyata berbeda karena pendekatan pendapatan asli daerah yang digenjot. Menara Air peninggalan kolonialis Belanda itu dijadikan media iklan luar ruang. Menara itu "ditempeli" iklan banyak produk massal, di antaranya iklan operator telefon seluler.

"Masa' dicat warna-warni seperti kue lapis. Itu sudah menyalahi undang-undang cagar budaya, harus segera ditindak," kata Jafar, yang juga kepala Taman Budaya Jambi.

Dalam UU Nomor 5/1992 tentang Pelestarian Benda-benda Cagar Budaya pun UU Nomor 11/2010 telah ditegaskan, setiap produk budaya yang termasuk dalam kategori cagar budaya harus dijaga keaslian dan kelestariannya.

"Jadi pelanggaran atas semua itu, ancam hukuman kurangan penjara sekurang-kurangnya 10 tahun penjara. Ini penting untuk menjaga, merawat dan melestarikan benda-benda cagar budaya," katanya.

Dia menyatakan contoh baik pelestarian bangunan cagar budaya dan sejarah itu. Renovasi bangunan Gedung Asia Afrika di Kota Bandung, katanya, sangat baik ditiru. (ANT144)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011