Jakarta (ANTARA) - Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Sri Rezeki mengatakan pengulangan vaksinasi dosis pertama bagi kelompok sasaran 'drop out" agar titer antibodi bertahan optimal memberi perlindungan terhadap risiko infeksi COVID-19.

"Terdapat hasil penelitian bahwa titer antibodi penerima vaksin lengkap sudah turun dalam enam bulan lebih," kata Sri Rezeki yang dikonfirmasi ANTARA melalui sambungan telepon di Jakarta, Selasa siang.

Sasaran "drop out" yang dimaksud adalah masyarakat yang belum mendapatkan dosis kedua lebih dari enam bulan sejak suntikan dosis pertama.

Baca juga: Kemenkes: Lebih enam bulan tidak disuntik dosis dua, harus ulang

Berdasarkan laporan ITAGI, kata Sri, jumlah masyarakat yang masuk dalam kelompok sasaran drop out di Indonesia saat ini sekitar 15 juta jiwa. Bahkan beberapa di antaranya belum mengakses vaksinasi lengkap dalam kurun sembilan bulan lebih.

Menurut Sri sasaran drop out tersebut umumnya menerima suntikan dosis pertama vaksin Sinovac yang saat ini telah direalokasi pemerintah untuk program vaksinasi COVID-19 bagi kelompok sasaran usia anak-anak.

"Sekarang Sinovac tidak ada. Hanya untuk anak karena logistiknya sudah tidak ada dan kita tidak bisa impor lagi. Sementara yang ada vaksin jenis lain," katanya.

Menurut Sri hasil panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta uji klinik terhadap penggunaan vaksin primer (dosis pertama dan kedua) mengharuskan pemberian jenis vaksin berplatform homolog atau jenis yang sama.

Ketentuan itu agar titer antibodi yang muncul di tubuh penerima manfaat bisa optimal mengantisipasi risiko gejala saat terpapar SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, kata Sri menambahkan.

Baca juga: Dinkes sebut 80 ribu warga Aceh sudah jalani vaksinasi penguat

Dikarenakan persediaan vaksin Sinovac yang mulai berkurang serta ketentuan vaksinasi primer yang mengharuskan platform homolog, kata Sri, maka ITAGI menyampaikan sejumlah rekomendasi kepada Kementerian Kesehatan.

Pertama, bagi sasaran yang mengalami drop out dalam rentang waktu kurang dari enam bulan dapat diberikan vaksin kedua dengan platform yang berbeda sesuai ketersediaan di masing-masing daerah.

Kedua, bagi sasaran yang mengalami drop out dalam waktu lebih dari enam bulan, maka vaksinasi primer harus diulang, dan vaksinasinya dapat menggunakan platform yang berbeda dari vaksin semula.

Ketiga, mengingat saat ini vaksin Sinovac yang didistribusikan jumlahnya terbatas dan diperuntukkan bagi sasaran anak usia 6-11 tahun, maka sasaran yang drop out dapat menggunakan vaksin dengan platform berbeda yang tersedia untuk melengkapi dosis keduanya dengan mengutamakan vaksin yang memiliki masa kedaluwarsa terdekat.

Ketentuan itu tertuang dalam dalam Surat Edaran Kemenkes RI Nomor SR.02.06/11/921/2022 tentang Pemberian Vaksinasi COVID-19 bagi Sasaran 'Drop Out' yang dirilis per 13 Februari 2022.

"Karena antara keilmuan dan kesediaan vaksin, kita ambil jalan tengah dengan segala risiko. Tapi kita ambil yang terbaik buat masyarakat kita. Kita ambil yang paling bisa dipertanggungjawabkan bahwa antibodi akan bagus selama vaksin primernya harus homolog," ujarnya.

Baca juga: 68 persen kasus kematian dialami pasien belum divaksin

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022