Jakarta (ANTARA) - Aktris Asmara Abigail berbagi pengalaman berinteraksi dengan penyu yang berawal dari sebuah proyek film, hingga kini dia berkampanye sekaligus menggalang dana untuk konservasi penyu.

"Pengalaman yang baru dan menyenangkan. Dari mulai melihat bagaimana penyu-penyu yang trauma dirawat sampai mereka siap untuk kembali ke habitatnya. Saya juga sempat snorkeling bersama tim TCEC (Pusat Konservasi dan Pendidikan Penyu (Turtle Conservation and Education Center) Serangan untuk mencari rumput laut untuk pakan penyu," kata Asmara, dikutip dari keterangan resmi BenihBaik, Kamis.

Asmara yang membintangi sejumlah film seperti "Perempuan Tanah Jahanam" dan "Yuni" mengatakan dia kemudian tergerak untuk menggalang dana.

Baca juga: Harapan Asmara Abigail untuk umur baru Jakarta

"Saat itu saya menghabiskan waktu di TCEC Serangan, Bali. Setelah itu saya juga melihat keadaan, kenyataan, dan kondisi mereka yang menurut saya butuh didukung karena juga kesulitan mendapatkan income dari minimnya turis yang datang di kala pandemi."

Asmara lalu ingin membantu Pusat Konservasi dan Pendidikan Penyu agar dapat beroperasi dan bekerja secara maksimal walaupun terjebak di dalam kondisi sulit masa pandemi.

Dia menambahkan, kepunahan terhadap flora dan fauna yang terjadi dalam satu abad terakhir karena kemajuan teknologi dan peradaban yang begitu cepat tanpa memikirkan makhluk hidup lain serta ekosistemnya akan berdampak buruk bagi seluruh makhluk hidup karena keseimbangan tidak terjaga.

Asmara menuturkan, kecintaan terhadap satwa telah terbentuk sejak kecil dari lingkup keluarga. Asmara tumbuh besar dikelilingi banyak hewan.

"Di rumah, saya memiliki sekitar 20 anjing, saya aktif di olah raga berkuda atau bisa disebut equestrian dari saya kecil, dan ayah saya dulu seorang wirausahawan di bidang perikanan."

Baca juga: Asmara Abigail inisiasi kampanye konservasi penyu di Bali

Baca juga: "Galang", film musik baru dari sutradara peraih Piala Citra

Baca juga: Cerita Asmara Abigail casting film "The Science of Fictions"

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022