Surabaya (ANTARA News) - Novel grafis bertajuk "Hitam Putih Indonesiaku" yang menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia sejak era Majapahit hingga era reformasi dipamerkan di Museum Galeri Seni "House of Sampoerna" ("HoS") Surabaya, 12 Agustus - 11 September 2011.

"Novel yang terdiri dari 57 karya grafis itu merupakan hasil karya 18 pelukis yang terbagi dalam lima divisi kesejarahan yakni Majapahit, masuknya Islam, penjajahan, kemerdekaan, dan enam Presiden," kata koordinator `B1 Community` Eria Andi Anggoro di Surabaya, Rabu.

Didampingi Manajer Museum "HoS" Rani Anggraini, ia menjelaskan pihaknya mengangkat tema "hitam putih" karena hitam dan putih itu menjadi dasar ilustrasi atau grafis yakni pensil dan pena, namun tema itu juga memiliki makna filosofis.

"Makna filosofisnya adalah bangsa kita memiliki sejarah baik dan buruk, hitam dan putih. Misalnya, sejarah Majapahit juga ada perang saudara, sedangkan periode enam Presiden juga ada sisi putih dan hitam mulai dari Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Megawati, dan SBY," katanya.

Novel grafis untuk sejarah Kerajaan Majapahit terdiri dari 12 karya grafis, sedangkan karya grafis tentang sejarah masuknya Islam terdiri dari enam karya grafis yakni datangnya pedagang Gujarat, Muhammad Cheng Hoo, Demak, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga.

Periode penjajahan terdiri dari 21 karya grafis yang menggambarkan era VOC, penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang, sumpah pemuda, peristiwa Rengasdengklok, Proklamasi Kemerdekaan, Pertempuran 10 November, dan pertemuan Bung Karno dengan Presiden AS John F Kennedy.

Untuk periode enam presiden terdiri dari 18 karya grafis yang menampilkan kebijakan singkat Bung Karno, Pak Harto, Pak Habibie, Gus Dur, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bahkan untuk periode Presiden SBY itu menggambarkan terorisme, kriminalitas, bencana alam, dan TKI atau TKW.

Karya grafis dari periode enam Presiden itu ditutup dengan lukisan "pahlawan" bergambar Gatotkaca, Gundala, Si Buta dari Gua Hantu, dan sebagainya yang bertuliskan "Indonesia Tidak Membutuhkan Kami, Pahlawan Super. Indonesia Membutuhkan Pemimpin Sejati."

Dalam pameran itu juga ditampilkan empat lukisan karya Syamduro yang berbahan dasar lumpur Lapindo. "Biasanya, saya pakai cat minyak, tapi sejak tahun 2007, saya mulai melukis dengan lumpur Lapindo. Rasanya, ada tantangan, karena warna lumpur cepat memudar," kata pelukis asal Madura itu.

Sementara itu, Manajer Museum "HoS" Rani Anggraini mengatakan, pameran lukisan berupa novel grafis dan lukisan lumpur itu digelar untuk menyemarakkan HUT ke-66 Proklamasi Kemerdekaan RI.

"Novel grafis itu unik dan lukisan berbahan lumpur Lapindo juga unik, karena novel grafis itu mirip komik dalam bentuk lukisan yang digarap anggota komunitas B-1. Lukisan lumpur juga membuktikan lumpur Lapindo itu bermanfaat," katanya.

"HoS" merupakan ikon pariwisata Surabaya yang memadukan sejarah perjalanan Sampoerna, museum atau galeri seni, kafe, dan mengembangkan tur keliling bangunan bersejarah di Kota Pahlawan. (*)

(T.E011/I007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011