keluar malam memang warga kami di sana tidak berani, karena kadang gajah itu bersembunyi di semak-semak, kalau nampak kami lewat dikejar....
Meulaboh, Aceh (ANTARA News) - Inilah efek buruk kalau ada gajah nyasar ke perkampungan penduduk, karena seorang warga tewas diinjak kawanan gajah itu yang masuk ke kawasan Desa Macah, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh.

Warga Desa Seumambek, Nagan Raya, Aceh, yang bernasib malang itu adalah Abdul Halim (52). Dia tewas terinjak-injak kawanan gajah yang marah dan mengamuk. Kawanan gajah itu menyerbu tiga desa di kecamatan itu, Desa Macah, Gunong Reubo, dan Ujong Rambong.

"Tiga desa paling angker, setiap saat gajah mengamuk di kawasan tersebut. Kadang-kadang binatang berbelalai panjang itu turun sampai ke Kabupaten Aceh Barat, karena tiga desa tadi sudah hampir menjadi hutan pemisah dengan Kabupaten Nagan Raya," kata Mulyadi, salah satu warga desa itu.

Sudahlah habitatnya dihancurkan manusia, gajah-gajah itu makin marah karena untuk menghalau hewan darat terbesar itu, warga memasang sejumlah perangkap menyakitkan.

Paku-paku besar ditanami warga di jalur-jalur kegemaran gajah liar itu. Asumsinya, kalau gajah menginjak perangkap berpaku itu maka rasa sakit di kaki mereka akan membuat gajah-gajah hijrah itu jera masuk kampung manusia.

Ternyata, perangkap-perangkap itu juga menjadi pemicu kemarahan gajah-gajah itu.

Masyarakat di Desa Macah, Gunong Reubo dan Ujong Rambong, lebih merasa terusik atas kehadiran gajah-gajah liar itu. Warga di tiga desa itu hampir selalu memasang obor tiap malam supaya gajah-gajah tidak mengobrak abrik rumah mereka saat terlelap. Konon gajah takut api.

"Kalau keluar malam memang warga kami di sana tidak berani, karena kadang gajah itu bersembunyi di semak-semak, kalau nampak kami lewat dikejar, kalau malam tidak tahu lari ke mana," jelasnya.

Ia mengatakan, sudah pernah dilakukan penangkapan dengan memancing kawanan satwa liar itu dengan gajah peliharaan sekitar tiga tahun silam, akan tetapi hanya dua gajah yang berhasil ditangkap setelah dibius petugas Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dari luar Aceh.

Setelah kejadian itu sebagian warga setempat memilih pindah keluar dari desa mereka, sehingga saat ini kawasan tersebut hampir menjadi hutan belantara tempat bermain kawanan gajah liar yang setiap saat mengamuk.

Untuk mendatangi kawasan itu sangat susah karena tidak ada sarana transportasi dan jembatan yang tidak pernah selesai. Rakit jadi pilihan warga menyusuri Sungai Cot Kuta itu.

Mulyadi menyatakan, masyarakat di kawasan itu mengharapkan dibangun jembatan sebagai penghubung dengan Cot Kuta agar dapat dijadikan jalan evakuasi saat gajah di wilayah itu mengamuk.

"Kalau jembatan dibangun warga di sana pasti maju, dan gajah liar itu tentu secara pelahan meninggalkan pemukiman kami, dan warga di sanapun bisa menjadikan jembatan itu jalan evakuasi ke kota Seunagan," harapnya. (ANT285)



Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011