Cimahi (ANTARA News) - Empat rumah di RT 1 RW 12 Kelurahan Cibababat, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat, ludes dilalap api.

Meskipun peristiwa itu tidak menelan korban jiwa, kerugian materi akibat kebakaran itu diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.

Pada awalnya, rumah yang terbakar hanyalah milik Suniti saja.

Namun, kencangnya tiupan angin membuat rumah di sekitarnya pun ikut terbakar meskipun ketiga rumah lainnya itu hanya terbakar sebagiannya saja.

Menurut sang pemilik rumah Suniti, kebakaran di rumahnya disebabkan ulah cucunya yang bermain api di lantai dua pada pagi hari saat dirinya sedang melaksanakan shalat Dhuha.

Tanpa, disadari warga berteriak karena melihat api terus membesar di rumahnya.

"Karena memang suasana kaget, semua penghuni rumah langsung keluar. Sehingga tidak ada korban jiwa ataupun yang terluka dari kejadian ini," ujarnya.

Tak mau api terus menjalar pada rumah lainnya, warga langsung menghubungi petugas Pemadam Kebakaran.

Tak lama kemudian sebanyak lima unit mobil pemadam kebakaran berhasil memadamkan api dalam waktu yang cukup lama. Pasalnya, posisi rumah yang terbakar berada dalam gang kecil yang tidak bisa dilalui mobil.

Selain itu, petugas pun kesulitan dalam mengambil air untuk memadam api yang membesar. Hal itu lantaran, sungai dan kali yang ada di kawasan itu mengalami kekeringan. Sedangkan hidran yang dimiliki Kota Cimahi pun sudah tidak berfungsi sama sekali.

Setelah api padam, Wali Kota Cimahi Itoc Tochija bersama istri langsung mengunjungi korban kebakaran.

Wali Kota dalam kesempatan tersebut menyampaikan keprihatinannya atas nama pribadi maupun Pemkot Cimahi kepada keluarga korban. Walikota berjanji bahwa Pemkot Cimahi akan membantu para korban walaupun tidak maksimal.

"Kita akan bantu apa yang dibutuhkan para korban ini, meskipun kita akui kita belum bisa membangun kembali rumah yang telah terbakar. Oleh karenanya, saya minta para tetangga pun ikut meringankan beban keluarga yang menjadi korban kebakaran," ujarnya.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011