Semangat ekonomi sirkular sudah dipahami oleh banyak elemen dan pemangku kepentingan dan bisa diturunkan menjadi strategi nasional
Jakarta (ANTARA) - Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) mengatakan pemahaman soal ekonomi sirkular yang semakin banyak menyentuh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan bisa menjadi strategi nasional untuk mengatasi persoalan sampah di Indonesia.

“Semangat ekonomi sirkular sudah dipahami oleh banyak elemen dan pemangku kepentingan dan bisa diturunkan menjadi strategi nasional. Tentu hal ini memerlukan proses yang lebih dari 1 tahun. Jika dirasa belum selesai, tema tahun 2022 bisa diteruskan di tahun-tahun selanjutnya," kata Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI Rika Anggraini dalam keterangan tertulis memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2022 yang diterima di Jakarta, Senin.

Baca juga: Untuk ekonomi hijau dan biru di G20, BRIN dorong pemanfaatan kehati

Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) diperingati setiap 21 Februari dan pada 2022 ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengangkat tema Kelola Sampah, Kurangi Emisi, Bangun Proklim.

Ia mengatakan harus diakui bahwa Indonesia darurat sampah, dan program yang dijalankan sampai sekarang belum bisa memberikan hasil yang maksimal.

Berdasarkan data KLHK, Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah pada 2020, di mana 37,3 persen berasal dari aktivitas rumah tangga. Sumber besar berikutnya yaitu berasal dari pasar tradisional sebesar 16,4 persen, dan sampah dari kawasan sebanyak 15,9 persen.

Baca juga: Pemkot Depok berupaya wujudkan kawasan kota hijau

Porsi terbesar sampah rumah tangga berasal dari sisa makanan, kemudian diikuti oleh sampah plastik, kayu atau ranting, kertas atau karton dan sampah jenis lainnya.

Sebenarnya, menurut dia, sudah banyak kelompok atau komunitas yang mengelola sampah rumah tangga di beberapa daerah di Indonesia, entah yang dibangun atas kesadaran sendiri, atau atas bantuan pemerintah dan swasta.

Baca juga: KEHATI berbagi sejumlah fakta untuk peringati Hari Primata Indonesia

Namun, sepertinya butuh usaha lebih keras dari semua pihak agar pengelolaan sampah rumah tangga bisa maksimal, karena berdasarkan data Sustainable Waste Indonesia kurang dari 10 persen sampah yang dikelola yang tidak sampai ke tempat pembuangan akhir (TPA).

“Kami melihat, selain dorongan dari pemerintah, perlu dibangun sinergi yang kuat dari semua lini termasuk pihak swasta dan masyarakat. Berbicara sampah tidak hanya masalah kebijakan, dan sarana prasarana, namun juga perubahan kebiasaan, dan asas manfaatnya bagi masyarakat dan lingkungan sekitar," ujar dia.

Baca juga: Penanaman pohon tandai peringatan Hari Peduli Sampah di Cilacap

Menurut Rika, tema Kelola Sampah Kurangi Emisi identik dengan konsep ekonomi sirkular. Intinya adalah bagaimana sebuah produk yang dihasilkan dan dimanfaatkan, seminimal mungkin menyakiti bumi, dan memberikan manfaat yang lebih besar kepada masyarakat melalui peningkatan nilai-nilai ekonomi.

Oleh karena itu, penting adanya perubahan pola pikir (mindset) dari model lama take-make-waste menjadi setidaknya tiga prinsip utama, yaitu reduce, reuse, recycle.

Pola pikir itu harus dituangkan dalam strategi penangan permasalahan sampah di tingkat nasional, yang memerlukan dukungan dari semua lini, termasuk lintas sektoral.

Baca juga: KLHK perluas pendampingan kelola sampah di 3.270 Kampung Iklim

Baca juga: KLHK kemas 3 program di Kampung Iklim saat Hari Peduli Sampah 2022

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022