Roma (ANTARA News) - Seorang warga Italia yang bekerja untuk sebuah pusat perawatan anak di Darfur, Sudan barat, diculik, kata kementerian luar negeri dan organisasi sosial "Darurat", Senin.

Francesco Azzara (34) diculik Minggu ketika ia berkendaraan menuju bandara di Nyala, ibu kota provinsi Darfur Selatan, bersama dua rekan kerjanya, kata Darurat.

Organisasi sosial itu mendesak penculik segera membebaskan pria tersebut, lapor AFP.

Kendaraan korban dikepung oleh orang-orang besenjata yang memerintahkan Azzara keluar, kata badan amal itu, dengan menambahkan bahwa mereka telah memberi tahu seluruh kontak di Darfur dan Khartoum serta Kementerian Luar Negeri Italia mengenai penculikan itu.

"Kami telah melakukan kontak dengan pihak berwenang dan kelompok-kelompok oposisi," kata pendiri Darurat, Gino Strada, dengan menambahkan bahwa sejauh ini belum ada kontak dengan penculik.

Azzara bertanggung jawab atas urusan logistik di pusat perawatan anak itu, yang dibuka di Nyala oleh Darurat pada Juli 2010.

Kementerian Luar Negeri Italia menyatakan bekerja sama dengan misi PBB di Darfur dan pemerintah setempat untuk mengatasi masalah itu.

Menteri Luar Negeri Franco Frattini mengatakan kepada jaringan online Radio Baobab, ada indikasi-indikasi namun belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas penculikan itu.

Darurat, yang mulai beroperasi di Sudan pada 2004, memiliki dua pusat perawatan anak di Nyala dan kamp pengungsi Majo dekat Khartoum, dan sebuah klinik jantung di Soba, 20 kilometer dari ibu kota Sudan tersebut.

Tiga orang awak helikopter Bulgaria sewaan PBB yang diculik di Darfur, Sudan, dibebaskan pada Juni setelah ditahan 145 hari.

Darfur hingga kini masih dilanda konflik antara pasukan pemerintah Sudan dan kelompok-kelompok gerilya.

Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon telah mengungkapkan kekhawatiran atas peningkatan pertempuran antara gerilyawan dan pasukan pemerintah di wilayah Sudan barat itu.

Ban mengatakan, ia terutama khawatir mengenai pertempuran antara pasukan pemerintah dan kelompok gerilya Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) serta Tentara Pembebasan Sudan (SLA) yang setia pada Minni Minnawi.

JEM dan SLA mengangkat senjata melawan pemerintah Sudan di Darfur pada 2003 dengan menuduh mereka mengabaikan wilayah barat Sudan yang terpencil itu.

Serangkaian gencatan senjata dan perjanjian telah gagal menghentikan pertempuran di kawasan itu. JEM bergabung dalam perundingan perdamaian Darfur pada Desember lalu, tujuh bulan setelah mereka menghentikan negosiasi.

PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan. Pemerintah Khartoum menyebut jumlah kematian hanya 10.000.

Maju-mundur proses perdamaian antara kedua pihak berlangsung sejak 2009.

Pemberontak utama Darfur mengadakan dua babak perundingan dengan para pejabat pemerintah Khartoum di Qatar pada Februari dan Mei 2009.

Pada Februari 2009, Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) menandatangani sebuah perjanjian dengan pemerintah Khartoum mengenai langkah-langkah pembangunan kepercayaan yang bertujuan mencapai perjanjian perdamaian resmi.

Pada Mei 2009, JEM sepakat memulai lagi perundingan dengan Khartoum yang dihentikannya setelah pengadilan internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bagi Presiden Sudan Omar Hassan al-Bashir karena kejahatan perang dan kejahatan atas kemanusiaan di Darfur, Sudan barat.

Perundingan antara pemerintah Khartoum dan pemberontak Darfur untuk mengatasi konflik itu telah ditunda beberapa kali pada tahun itu.

Perundingan yang dituanrumahahi Qatar itu sebelumnya dijadwalkan berlangsung pada 28 Oktober 2009 namun pertemuan tersebut ditunda sampai 16 November 2009 karena waktunya bertepatan dengan pertemuan puncak Uni Afrika. Jadwal terakhir itu pun ditunda hingga waktu yang belum ditentukan, kata penengah PBB dan Uni Afrika.

Kegagalan perundingan telah mengarah pada peningkatan kekerasan di Darfur.

Bentrokan-bentrokan di wilayah itu menewaskan 221 orang pada Juni 2010, sebagian besar akibat pertikaian antara suku-suku Arab yang bersaing, kata misi penjaga perdamaian PBB dan Uni Afrika (UNAMID).

Pada Mei 2010, hampir 600 orang tewas dalam pertempuran, menurut sebuah dokumen internal UNAMID. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011