orang tua mendeteksi sejak dini
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Nopian Andusti mengatakan informasi yang tepat mengenai pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan salah satu upaya mencegah stunting agar deteksi dini dapat ditangani lebih awal.

Ia mengatakan pemantauan pertumbuhan dapat dilakukan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang sudah lebih dikenal dan diterapkan secara rutin pada hari penimbangan di posyandu.

Kartu tersebut berfungsi untuk memantau aspek pertumbuhan antara lain berat badan, tinggi badan, dan kelengkapan imunisasi.

Sedangkan untuk pemantauan perkembangan anak, lanjut Nopian, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sudah sejak lama menggunakan kartu kembang anak (KKA) yang digunakan oleh kader dan orang tua di kelompok Bina Keluarga Balita (BKB) untuk memantau perkembangan anak secara rutin setiap bulan.

"Dengan menggunakan KKA orang tua mendeteksi sejak dini jika anak mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangannya sehingga dapat lebih awal ditangani," katanya dalam webinar penandatanganan kerja sama BKKBN dan Merck secara virtual, Kamis.

Nopian mengatakan saat ini permasalahan stunting di Indonesia masih menjadi tantangan bersama dalam membangun manusia Indonesia yang berkualitas.

Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan dan gizi pada masa kehamilan serta setelah melahirkan hingga kurang baiknya praktik pengasuhan anak terutama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya stunting, ujar Nopian.

Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021 menunjukkan bahwa angka stunting telah turun sebanyak 3,3 persen menjadi 24,4 persen dibandingkan 2019 yang mencapai 27,7 persen. Namun, Nopian mengeaskan bahwa penurunan tersebut masih belum memenuhi target yang ditetapkan WHO.

"Walaupun menunjukkan penurunan tren 24,4 persen di tahun 2021, angka tersebut tentu saja masih berada di atas ambang maksimal target WHO, yaitu sebesar 20 persen," katanya.

Menurutnya, diperlukan upaya maksimal agar prevalensi stunting dapat turun menjadi 14 persen sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Nopian mengatakan upaya percepatan penurunan angka stunting perlu melibatkan banyak pemangku kepentingan, mulai dari unsur pemerintah, swasta, hingga masyarakat umum.

Baca juga: Kemenkes: 51,2 persen balita stunting berada di lima provinsi absolut

Baca juga: Kepala BKKBN ajak media serius menurunkan angka kekerdilan

Baca juga: BKKBN kembali gemakan perannya lewat peningkatan kualitas keluarga

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022