Martapura (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad menegaskan, pihaknya siap menghentikan impor ikan patin yang selama ini didatangkan dari Vietnam dan Thailand.

"Kami siap menghentikan impor ikan patin dari luar negeri karena sudah ada kawasan minapolitan dengan komoditas patin yang mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri," ujarnya di Martapura, Provinsi Kalimantan Selatan, Kamis.

Pernyataan itu disampaikan menteri di depan Gubernur Kalsel Rudy Ariffin dan Bupati Banjar Khairul Saleh serta kelompok pembudidaya ikan di minapolitan kolam ikan milik Haji Midhan di Desa Cindai Alus Kabupaten Banjar.

Menurut menteri, pihaknya malu saat menandatangani izin impor ikan Dori (sebutan lain dari ikan patin) dengan jumlah yang tidak sedikit, baik yang didatangkan dari Vietnam maupun Thailand.

Disebutkan, impor ikan yang juga dikenal dengan nama "Catfish" itu ke Indonesia cukup banyak karena setiap kali pengiriman mencapai ratusan kontainer dan paling banyak disebar di wilayah Jakarta.

"Jika impor bisa digantikan produksi dalam negeri banyak sekali untungnya sehingga kami terus mendorong kawasan minapolitan mampu menambah produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat," katanya.

Ditanya kapan penghentian impor ikan patin dilakukan, menteri mengatakan, waktunya bisa dilakukan kapan saja atau satu hingga dua bulan ke depan sepanjang kebutuhannya bisa dipenuhi budi daya lokal.

"Penghentian impor bisa saja dilakukan sehabis Lebaran atau satu dua bulan ke depan terutama ikan patin dengan kualitas super asalkan pembudidaya dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan konsumsi lokal," ujarnya.

Ia mengatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah menjalankan program minapolitan yang dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia sebagai salah satu strategi meningkatkan produksi dan mengurangi impor.

Hingga 2011 sudah ditetapkan sebanyak 41 kawasan minopolitan percontohan dari 197 kawasan yang telah ditetapkan KKP sebagai kawasan minapolitan hingga 2014.

Dari 41 minapolitan percontohan tersebut, katanya, sebanyak 24 kawasan diantaranya merupakan minopolitan yang berbasiskan perikanan budidaya dan salah satunya minapolitan Kabupaten Banjar dengan komoditas ikan patin.

"Pengembangan usaha perikanan terpadu dalam satu kawasan (cluster), juga dapat menekankan biaya produksi sehingga harga produk perikanan dalam negeri yang dihasilkan lebih bersaing," ujarnya.

Dikatakan, selama kurun waktu 2007 - 2009 kenaikan rata-rata produksi komoditas patin selalu diatas 50 persen per tahun sehingga optimis produksi patin Indonesia mampu mencapai 1,883 juta ton pada 2014.

"Saat ini sebagian besar produksi disalurkan untuk memenuhi pasar domestik dan ke depan pasar ekspor sangat potensial untuk dijajaki," demikian Fadel Muhammad.
(ANT-128/A035)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011