Srinagar, India (ANTARA News) - Lebih dari 2.000 mayat tak dikenal ditemukan di puluhan kuburan tak bertanda di Kashmir India, kata komisi HAM pemerintah di kawasan yang dilanda kekerasan separatis itu.

"Dipastikan bahwa kuburan-kuburan tak bertanda yang berisi mayat tak dikenal benar-benar ada di sejumlah tempat di Kashmir utara," kata laporan yang dibuat komisi itu, yang dibentuk oleh pemerintah pada 1997 untuk menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di Kashmir.

Sebuah kelompok independen yang berkantor di Srinagar, Pengadilan Rakyat Internasional mengenai HAM dan Keadilan (IPT), pada 2009 membuktikan kebenaran mayat-mayat tak dikenal yang dikubur di pedesaan di Kashmir utara.

Kelompok-kelompok HAM India dan internasional mendesak penyelidikan mengenai apakah kuburan-kuburan tak bertanda itu berisi mayat warga sipil yang "hilang" ketika pasukan keamanan India berusaha mengendalikan kekerasan separatis di wilayah yang berpenduduk muslim itu.

IPT mengatakan, 8.000 orang hilang di kawasan itu selama 20 tahun pemberontakan muslim menentang kekuasaan India. Sebagian besar dari mereka hilang setelah ditangkap oleh pasukan keamanan India.

Para pejabat India berulang kali mengklaim bahwa mayat yang dikubur di makam tak bertanda adalah militan -- sebagian besar dari mereka orang Pakistan -- yang tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan.

Mereka juga bersikeras bahwa banyak dari orang-orang yang hilang telah menyeberang ke Pakistan untuk bergabung dengan kelompok-kelompok militan.

Laporan komisi itu mengatakan bahwa dari 2.730 mayat tak dikenal yang diserahkan kepada penduduk setempat oleh polisi untuk dimakamkan dalam beberapa tahun ini, 574 kemudian diidentifikasi sebagai warga setempat oleh keluarga mereka.

Lapaoran itu, yang dipersiapkan oleh tim 11 orang yang dipimpin seorang kepala kepolisian senior, mengatakan, uji DNA perlu dilakukan untuk mencocokkan mayat tak dikenal dengan keluarga mereka guna mengatasi kontroversi.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka, demikian AFP melaporkan

(SYS/M014)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011