Kairo (ANTARA News) - Mesaharati adalah tradisi di dunia Arab yang mengumandangkan seruan membangunkan warga untuk bersahur setiap dini hari menjelang subuh bagi yang berpuasa saat Ramadhan.

Kalimat mesaharati yang populer sejak 1.400 tahun lalu itu biasanya hanya ada tiga kata saja yaitu, "Ayo bangun sahur," sambil menepuk gendang sembari alunkan lagu-lagu khas Arab klasik.

Di Suriah, yang kini dilanda revolusi, kalimat mesaharati bertambah beberapa kalimat khas revolusi anti-rezim, di antaranya berbunyi, "Ayo bangun sahur, kebebasan sedang menantimu."

Sambil bernyanyi dan memukul gendang, anak-anak muda itu berteriak, "Ayo bangun sahur dan tumbangkan rezim, Bashar Al Assad sudah tidak ada di sini, ia membunuh orang berpuasa, darah para syuhada membanjiri jalanan," merujuk pada tewasnya lebih 2.000 demonstran akibat ditembak pasukan yang loyal kepada Presiden Bashar Al Assad.

Wartawan Bassel Oudat, dari koran Mesir berbahasa Inggris, Al Ahram Weekly (24/8), mencatat mesaharati seruan anti-rezim itu hampir merata di ibu kota Damaskus dan kota-kota lainnya.

Di kota Duma dekat Damaskus dan kota Aleppo, anak-anak muda itu melancarkan mesaharati dengan mengatakan, "Bangunlah untuk kebebasan, Oh kaum Muslim, masjid-masjid dihancurkan, Tuhan Maha Besar, Bashar kau akan diadili seperti Mubarak," alunan mereka merujuk pada tumbangnya Presiden Mesir Hosni Mubarak dalam revolusi pada 11 Februari 2011 dan kini diadili.

Desakan dunia
Sekretaris Jenderal Liga Arab, Nabil Al Arabi, Kamis (25/8), mendesak Presiden Suriah Bashar Al Assad untuk mengambil langkah luar biasa guna menghentikan aksi kekerasan yang telah merenggut ribuan nyawa dalam lima bulan belakangan.

Meskipun negara-negara Barat meningkatkan tekanan agar Presiden Suriah Bashar Al Assad mundur, dan sanksi-sanksi baru dijatuhkan, namun orang kuat itu tampak tak bergeming.

Bashar, putra mendiang presiden Hafez Al Assad itu pekan lalu berikrar bahwa pihaknya telah menghentikan kekerasan, tetapi korban dari para penentangnya masih terus berjatuhan di tangan pasukan Suriah.

Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB dengan dukungan suara mayoritas pada pekan lalu memerintahkan digelarnya satu penyelidikan independen mengenai dugaan pelanggaran HAM di negara Arab di pesisir timur Laut Mediterania itu.

Dewan itu menugaskan komisi penyelidikan independen internasional, untuk menginvestigasi dugaan pelanggaran HAM sejak Maret tahun ini, termasuk kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Dipimpin oleh Duta Besar Uruguay, Laura Dupuy Lasserre, Dewan melansir pernyataan mengutuk apa yang mereka sebut "pelanggaran HAM serius dan sistematis oleh pasukan pemerintah Suriah.

Dewan HAM PBB berhipotesis bahwa pelanggaran hak asasi itu seperti tindakan eksekusi sewenang-wenang, penggunaan kekuatan militer yang berlebihan dan penganiayaan terhadap pengunjuk rasa, penahanan sewenang-wenang dan penghilangan paksa terhadap para pegiat HAM."

Pemerintah Damaskus juga menuai kecaman keras pada bagian pertama sesi ke-17 Dewan HAM, berkaitan dengan penindasan berdarah terhadap pemrotes rezim, kendati Dubesnya di markas PBB di Jenewa, Faysal Khabbaz Hamoui mengecam tajam resolusi itu, yang ditudingnya seratus persen bermuatan politik dan tidak seimbang.

Komisaris Tinggi Hewan HAM, Navi Pillay, mengungkapkan lebih dari 2.200 orang telah tewas sejak aksi protes massa dimulai pada pertengahan Maret, dengan lebih dari 350 orang dilaporkan tewas sejak awal Ramadhan.

Karena itu, Komisaris tinggi mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mempertimbangkan mengajukan situasi di Suriah ke Mahkamah Pidana Internasional.

Ini adalah yang kedua kalinya Dewan Hak Asasi Manusia PBB menggelar sidang Khusus mengenai masalah Suriah dalam tahun ini.

Sidang pertama diselenggarakan pada 29 April, dan Dewan akan menggelar lagi sesi reguler pada 12-30 September mendatang.

Konspirasi Asing
Pada pertengahan Maret itu, aksi pertama menentang pemerintah Assad muncul dari provinsi selatan Daraa dan kemudian menyebar ke kota-kota lainnya.

Presiden Assad dan para pejabat Damaskus menuding aksi-aksi kerusuhan itu dilakukan dan dipicu oleh kelompok-kelompok bersenjata dan konspirasi asing.

Presiden Assad kepada jaringan televisi pan-Arab, Alarabiya, pekan lalu mengungkapkan bahwa ada kelompok bersenjata sengaja menembak pasukan keamanan sehingga memancing tembakan balasan.

Di sisi lain, kelompok-kelompok oposisi Suriah pada Selasa (23/8) mengumumkan pembentukan satu Dewan Nasional di Istanbul, Turki, dengan tujuan membentuk infrastruktur politik untuk mengisi kevakuman kekuasaan setelah ditinggalkan Presiden Bashar.

Deklarasi itu lahir setelah sekitar 50 anggota oposisi Suriah mengadakan perundingan tertutup selama tiga hari di Hotel Courtyard Marriott, di Istanbul.

Merespon perkembangan itu, Presiden Assad membeberkan gagasan, pihaknya akan menggelar pemilihan anggota parlemen pada Februari 2012.

Dia berpendapat, solusi dari krisis selama lima bulan di negerinya adalah politik. Dan pemilu akan diadakan karena menurutnya, situasi keamanan sekarang sudah lebih baik.

Melalui parlemen baru, al-Assad berharap Suriah melewati tahapan peralihan dan akan merevisi konstitusi.

Dalam tahapan itu, semua pihak yang terlibat dalam kejahatan terhadap rakyat Suriah, apakah mereka sipil ataupun militer, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di pengadilan.

Assad tampak tegar saat Presiden AS Barack Obama untuk pertama kalinya mendesaknya mundur dan memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi baru.

Berdasarkan sanksi-sanksi baru itu AS akan membekukan aset-aset pemerintah Suriah di bawah yuridiksi AS, melarang individu atau perusahaan AS bertransaksi dengan pemerintah Suriah.

Langkah ini diikuti Uni Eropa, yang memutuskan untuk menambah 20 nama ke daftar target pembekuan aset dan larangan perjalanan kalangan pejabat Suriah, dan menangguhkan bantuan teknis Bank Investasi Eropa.

Menurut Suratkabar Al Hayat, Kamis (25/8), satu rancangan resolusi baru Dewan Keamanan PBB akan memberlakukan sanksi larangan perjalanan ke luar negeri terhadap Presiden Assad dan 21 pejabat Suriah termasuk di antaranya saudara kandung presiden, Mahir Assad, Kepala Intelijen Aki Al Muluk, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Asif Shaukat dan Wakil Presiden Farouk Al Sharaa.

Apa kata Assad tentang langkah-langkah baru itu?

"Kami ingin memberitahu mereka, bahwa kata-kata mereka tidak berharga," tegasnya.
(M043)

Oleh Munawar Saman Makyanie
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011