Baghdad (ANTARA News) - Seorang lansia pembom berbalut secarik kain meledakkan diri di masjid Sunni di Baghdad, membunuh seorang legislator dan paling sedikit 27 orang lainnya dalam serangan yang dipersalahkan pada Al-Qaida Senin.

Ledakan tersebut merupakan bagian dari kekerasan seantero negeri yang menewaskan 35 orang Minggu, hanya beberapa hari menjelang berakhirnya bulan puasa suci Ramadhan umat Muslim dan menjelang festival Idul Fitri, dan yang nampaknya dilakukan oleh seorang lansia yang meledakkan rompi bunuh dirinya di kerumunan umat.

Seorang pejabat kementerian dalam negeri mengatakan 28 orang tewas dan 37 orang terluka dalam serangan malam pada hari Minggu. Seorang pejabat kementerian pertahanan menyatakan jumlah korban 29 orang tewas dan 35 orang luka-luka.

Diantara yang tewas adalah Khaled al-Fahdawi, seorang anggota parlemen dari provinsi Anbar barat yang bersekutu dengan blok Iraqiya dukungan Sunni, kata pejabat kementerian dalam negeri.

Lansia dan anak-anak juga terdapat diantara para korban yang tewas.

Juru bicara keamanan Baghdad Qassim Atta dan Ahmed Abdulghafur al-Samarrai, kepala masjid Umm al-Qura yang dijadikan sasaran dan salah seorang pendiri angkatan milisia anti-Qaida yang terdiri dari orang suku Sunni di Baghdad, menuding Al-Qaida.

"100 persen yakin bahwa Al-Qaida berada di belakang serangan ini," kata Atta kepada AFP Senin.

Samarrai, sementara itu, mengatakan kepada televisi Al-Sharqiyah:"Saya yakin Al-Qaida berada di belakang serangan ini ... Kami akan meneruskan perang melawan para kriminal dan kaum kafir itu. Mereka telah mencoba menyeret negara ini ke dalam perang sektarian sebelumnya."

Dia mengatakan, telah melihat penyerang itu sebelumnya di masjid, menggambarkannya sebagai seorang pengunjung lansia dan menambahkan:"Itulah mengapa begitu mudah baginya untuk masuk masjid."

Pembom bunuh diri itu nampaknya berjalan menuju kerumunan, ditutupi perban, ketika kepala masjid sedang memberi ceramah dan meledakkan peledaknya, menurut Atta maupun Samarrai.

Masjid Umm al-Qura, terletak di Baghdad barat, adalah markas Penyokong Sunni, yang bertanggungjawab mempertahankan tempat-tempat religius Muslim Sunni di seluruh Irak.

Samarrai dikenal karena kotbah-kotbahnya menentang ekstrimisme kekerasan. Dia adalah salah seorang pendiri Sahwa, atau Dewan Kebangkitan, gerakan di lingkungan Baghdad utara yang kebanyakan Sunni Adhamiyah.

Sahwa terdiri dari orang suku Sunni yang menggalang kekuatan dengan militer AS melawan Al-Qaida sejak akhir 2006, membantu mengubah pemberontakan. Sebagai akibatnya, para pejuang Sahwa direndahkan oleh para penyusup Al-Qaida, dan Samarrai telah menerima sejumlah ancaman terhadap jiwanya.

Sebuah bom mobil dan empat ledakan pinggir jalan di area lain ibukota menewaskan satu orang dan melukai 20 orang lainnya sebelumnya Minggu, menurut pejabat kementerian dalam negeri.

Sedangkan, serangan bersenjata terpisah di provinsi tengah Diyala yang bergolak menewaskan lima orang, termasuk dua polisi, menurut seorang kolonel angkatan darat Irak di pusat komando keamanan Diyala.

Dan di bagian utara kota utama Mosul, sebuah "bom tempel" magnetis dilekatkan pada sebuah mobil polisi di pusat kota itu menewaskan seorang polisi dan melukai empat orang lainnya, menurut polisi setempat.

Dua orang polisi juga terluka ketika bahan peledak yang dilekatkan pada sebuah sepeda motor meledak dekat pompa bensin di kota Tuz Khurmatu, 175 kilometer utara ibukota.

Kekerasan Minggu muncul setelah kelompok utama Al-Qaida di Irak mengancam melakukan kampanye 100 serangan, mulai pertengahann Agustus, untuk membalas dendam kematian Osama bin Laden dalam serangan pasukan khusus AS di Pakistan pada Mei.

Kekerasan turun di seluruh Irak dari puncaknya pada 2006 dan 2007, namun serangan biasa terjadi. Total 259 orang tewas dalam kekerasan di Irak pada Juli, menurut angka resmi, angka kedua tertinggi pada 2011. (ANT/K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011