Jakarta (ANTARA News) - Kalau nurani masih bersih, pasti umat Islam akan mengelus dada menyaksikan babak demi babak kehidupan yang kini berkembang, karena saat ini nyaris seluruh sektor kegiatan kaum Muslimin terpuruk.

Dalam segi akidah atau keyakinan pokok banyak sekali umat Islam yang menganut keyakinan syirik, menyekutukan Allah dalam hal ibadah. Perdukunan merajalela, penyembahan terhadap ahli kubur masih dilakukan, pengagungan yang berlebihan terhadap seorang tokoh masih banyak dijumpai. Perilaku ini menurut syaikh Muhammad Bin Abdul Wahab dalam kitab tauhid, termasuk kategori syirik.

Dalam aspek politik, yang tampil hanyalah permainan yang keruh penuh rekayasa dan retorika semu. Dalam bidang ekonomi sistem keuangan riba, yang diharamkan Allah masih mendominasi kehidupan. Akibatnya, makin lebar jurang antara si kaya dan si miskin. Dalam lapangan sosial budaya, kita disuguhi kebobrokan moral generasi muda masa kini. Setiap hari kita menyaksikan beragam kemaksiatan seperti: kemusyrikan, perzinaan, pembunuhan, kasus narkoba dan sebagainya.

Kita sangat prihatin dan sangat menyesal dengan hidup jahili (yang diharamkan) itu yang melingkupi sebagian besar umat Islam. Fenomena ini persis seperti yang pernah disinyalir Rasulullah SAW.

Beliau bersabda: "Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta". Ada orang yang bertanya, "Ya Rasulullah, mengikuti orang Persia dan Romawi?" Jawab Beliau, "Siapa lagi kalau bukan mereka?" (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah).

Artinya: "Sesungguhnya kamu akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamu mengikuti mereka". Kami bertanya, "Ya Rasulullah, orang Yahudi dan Nasrani?" Jawab Nabi, "Siapa lagi?" (HR. Al-Bukhari dari Abu Sa`id Al-Khudri).

Hadis tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan kepribadian Islamnya karena jiwa mereka telah terisi oleh jenis kepribadian lain. Mereka kehilangan gaya hidup hakiki karena telah mengadopsi gaya hidup jenis lain. Kiranya tak ada kehilangan yang patut ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. Sebab apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau gaya hidup tak lagi Islami malah persis seperti orang kafir? Inilah bencana kepribadian yang paling besar.

Menyimak keadaan yang kita sebutkan tadi, kita jadi ingat firman Allah surat Ar- Ruum ayat 41: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena ulah perbuatan tangan nafsu manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".

Rasa-rasanya, firman Allah ini benar-benar cocok dengan yang kita alami sekarang. Orang tua sering tidak paham dengan perubahan yang terjadi pada remaja sehingga tidak jarang terjadi konflik di antara keduanya. Karena merasa tidak dimengerti remaja seringkali memperlihatkan tindakan agresif yang dapat mengarah pada perilaku berisiko tinggi.

Dalam surat an-Nisa ayat sembilan Allah SWT berfirman yang maknanya: Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Ayat ini khithobnya (sasarannya) adalah kepada generasi yang lebih tua. Hendaklah generasi tua memikirkan nasib generasi muda, keberlangsungan masa depan mereka juga masa depan agama mereka. Bagi para kawula muda dan para remaja ayat ini juga menjadi sandaran dan pijakan kuat bahwa Al-Qur?an memandang masa muda itu tidak ringan. Masa muda dan remaja itu penuh dengan tantangan.

Kata dhi`aafa (lemah) dalam ayat di atas tentu berdimensi luas. Mencakup berbagai aspek kehidupan, khususnya lemah dalam hal meneruskan perjuangan generasi tua.


Dimensi pertama lemah akidahnya.

Ini tentu yang paling utama, yaitu hendaklah generasi tua mawas diri seandainya meninggalkan generasi muda yang lemah akidahnya. Kita umat Islam jangan sampai meninggalkan generasi yang goyah imannya. Karena kalau goyah pada dimensi pertama ini, maka hidup ini tidak ada artinya menurut pandangan agama. Karena diutusnya para Nabi atau Rasul itu adalah untuk membentengi akidah umatnya. Pada Rasul itu hampir tidak ada yang menonjolkan ilmu pengetahuan, meskipun mereka ahli ilmu pengetahuan. Nabi Dawud adalah orang yang ahli dalam bidang konstruksi baja (besi), tetapi dia menonjolkan dakwah ilahiyahnya. Pendekatan utama dakwahnya adalah lewat pondasi iman dan akidah, baru selanjutnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dimensi kedua adalah lemah dalam mental dan fisiknya.

Jangan sampai generasi muda kita punya fisik yang lemah, rentan terkena penyakit. Maka ini adalah tanggung jawab generasi tua ketika mereka dalam masa pertumbuhan untuk menyiapkan generasi muda yang sehat fisiknya, sehat ekonominya dan juga sehat secara pendidikan.

Tantangan pemuda Islam saat ini yang terberat adalah tantangan secara kultural. Karena perkembangan Iptek saat ini telah membuat pemuda kita mudah goyah. Iptek membuat kemajuan luar biasa keseluruhan dimensi kehidupan, dimensi sosial, budaya, ekonomi dan sebagainya. Perkembangan Iptek secara tidak langsung membawa tantangan kepada pemuda kita. Dari situasi ini seringkali yang muncul krisis identitas. Terjadi kelemahan kultural karena mereka tidak mau menunjukkan identitas sebagai seorang muslim dan bahkan mereka merasa malu dan enggan untuk menampakkan identitas sebagai generasi muslim. Ini yang harus kita waspadai sebagai orang tua.

Faktor yang menjadi pemicu krisis identitas kultural adalah lemahnya pemahaman akan agama Islam. Anak-anak kita seringkali hanya terfokus pada studi di sekolah saja dan melupakan tugas utamanya sebagai seorang muslim yaitu mengaji. Menuntut ilmu bukan hanya sekedar di bangku sekolah formal. Mengaji, mengikuti majelis taklim atau sekedar menyempatkan beberapa menit untuk mendengarkan dakwah adalah salah satu cara kita dalam dalam memahami agama.

Dimensi yang ketiga adalah lemahnya skill para pemuda muslim.

Keterbatasan atau ketidakmampuan dalam skill membuat banyak pemuda Islam goyah dalam hidupnya. Kalau sudah goyah, ini akan membahayakan mental pemuda kita. Dalam situasi yang sudah mengglobal dan sangat kompleks seperti sekarang, akan sangat rentan bagi pemuda terseret dalam kerapuhan iman. Dan yang lebih penting saat ini adalah bagaimana kita turut membantu mengembangkan skill dan menumbuhkan jiwa entrepreneur dalam diri setiap pemuda muslim. Bukankah Rasulullah sendiri adalah suri teladan yang nyata bagi umat Muslim untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship dan leadership?


Dampak dari kelemahan iman dan mental adalah:

Penggunaan narkoba.

Remaja yang menggunakan narkoba bukan berarti memiliki moral yang lemah. Banyaknya zat candu yang terdapat pada narkoba membuat remaja sulit melepaskan diri dari jerat narkoba jika tidak dibantu orang-orang sekelilingnya. Zat kokain dan methamphetamine yang terdapat dalam narkoba akan memunculkan energi dan semangat dalam waktu cepat. Sedangkan heroin, benzodiazepines dan oxycontin membuat perasaan tenang dan rileks dalam otak. Ketika otak sudah tidak menerima lagi asupan zat-zat tersebut, maka akan timbul rasa sakit dan itulah yang membuat seseorang kecanduan.

Mengonsumsi alkohol.

Alkohol merupakan substansi utama yang paling banyak digunakan remaja dan sering berhubungan dengan kejahatan di kalangan remaja. Menurut Clinical and Experimental Research, remaja yang mengonsumsi alkohol, daya ingatnya akan berkurang hingga 10 persen. Substance Abuse and Mental Health Services Administration juga mengatakan bahwa 31 persen remaja yang minum alkohol mengaku stres dan memiliki Attention-Deficit Disorder (ADD) karena jarang diperhatikan oleh orang tua.

Pakaian yang menonjolkan aurat.

Kita boleh bersenang hati melihat berbagai mode busana Muslimah mulai bersaing dengan mode busana jahiliyah. Hanya saja masih sering kita menjumpai busana Muslimah yang tidak memenuhi standar seperti yang dikehendaki syari?at. Busana-busana itu masih mengadopsi mode ekspose aurat sebagai ciri pakaian jahiliyah. Adapun yang lebih memprihatinkan lagi adalah busana wanita kita pada umumnya, yang mayoritas beragama Islam ini, nyaris tak kita jumpai mode pakaian umum tersebut yang tidak mengekspose aurat. Na?udzubillahi min dzalik.

Marilah kita takut pada ancaman akhirat dalam masalah ini. Tentu kita tidak ingin ada dari keluarga kita yang disiksa di neraka. Ingatlah, Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: ?Dua golongan ahli Neraka yang aku belum melihat mereka (di masaku ini) yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli manusia dengan cambuk itu. (Yang kedua ialah) kaum wanita yang berpakaian (tapi kenyataannya) telanjang (karena mengekspose aurat), jalannya berlenggak-lenggok (penampilan menggoda), kepala mereka seolah-olah punuk unta yang bergoyang. Mereka itu tak akan masuk surga bahkan tak mendapatkan baunya, padahal baunya surga itu tercium dari jarak sedemikian jauh?. (HR. Muslim, dari Abu Hurairah).

Aborsi.

Saat ini tiap hari ada 100 remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Survei Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia menemukan jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan 30% di antaranya dilakukan oleh remaja. Menurut National Abortion Federation, sebanyak 4 dari 5 wanita di Amerika telah melakukan hubungan seks sebelum usia 20 tahun, dan sebanyak 70 persennya adalah remaja. Karena mental yang belum siap, mereka pun melakukan aborsi.

Kecanduan Game.

Di negara barat, permainan game sudah mulai dibatasi karena terlalu sering bermain game akan membahayakan fisik dan psikologisnya. Seperti dikutip dari Psychiatric Time, anak-anak yang banyak bermain game akan menjadi anak yang mudah marah, agrasif dan cenderung radikal. Seorang anak boleh saja bermain game, asalkan waktunya dibatasi dan hal yang terpenting adalah pemilihan game yang tepat untuk anak-anak.

Perubahan ideologi.

Masa remaja sering dikaitkan dengan masa mencari jati diri. Akibatnya mereka mudah dimasuki ideologi-ideologi dari luar dan jika ideologi itu terus dipupuk akan menyebabkan sifat idealis di kemudian hari. Sifat idealis yang terus berkembang bisa menyebabkan perbedaan pandangan dengan keluarga dan akhirnya remaja memilih melepas keluarga dan melanjutkan ideologinya. Seperti contoh baru-baru ini, tersangka teroris Hotel Marriot dan Ritz Carlton Juli 2009 adalah remaja lulusan SMA yang mau melakukan aksi tersebut karena telah didoktrin jalan tersebut adalah jihad. Remaja gampang disusupi hal-hal negatif di atas karena jiwanya masih labil.

Lingkungan pertama yang berperan penting menjaga keberadaan anak adalah keluarganya sebagai lembaga pendidikan yang paling dominan secara mutlak lalu kemudian kedua orangtuanya dengan sifat-sifat yang lebih khusus.

Sesungguhnya anak itu adalah amanat bagi kedua orangtuanya. Di saat hatinya masih bersih, putih, sebening kaca jika dibiasakan dengan kebaikan dan diajari hal itu maka ia pun akan tumbuh menjadi seorang yang baik, bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya jika dibiasakan dengan kejelekan dan hal-hal yang buruk serta ditelantarkan bagaikan binatang, maka akan tumbuh menjadi seorang yang berkepribadian rusak dan hancur.

Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah, "Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orangtuanya." Maka Allah Subhanahu wa Ta?ala mengingatkan kita dengan firmanNya, "Hai orang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS At Tahrim: 6). Berkata Amirul Mukminin Ali Radiyallahu `anhu, "Ajarilah diri kalian dan keluarga kalian kebaikan dan bimbinglah mereka".

Rasulullah Shalallahu`alaihi wassalam bersabda,

"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dipertanggungjawabkan, seorang imam adalah pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya, seorang laki-laki pemimpin atas keluarganya dan akan diminta pertanggungjawabannya, seorang wanita pemimpin dalam rumah suaminya dan ia bertanggungjawab dan seorang budak adalah pemimpin dalam hal harta tuannya dan ia bertanggungjawab. Ketahuilah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya." (HR Bukhori dan Muslim dari sahabat Abdullah ibnu Umar Radiyallahu `anhu).

Keluarga, terlebih khusus kedua orangtua dan siapa saja yang menduduki kedudukan mereka adalah unsur-unsur yang paling berpengaruh penting dalam membangun sebuah lingkungan yang mempengaruhi kepribadian sang anak dan menanamkan tekad yang kuat dalam hatinya sejak usia dini. Seperti Zubair bin Awam misalnya. Ia adalah salah seorang dari pasukan berkudanya Rasulullah SAW yang dinyatakan oleh Umar ibnul Khattab, ?Satu orang Zubair menandingi seribu orang laki-laki.? Ia seorang pemuda yang kokoh aqidahnya, terpuji akhlaqnya, tumbuh di bawah binaan ibunya Shofiyah binti Abdul Mutholib, bibinya Rasulullah dan saudara perempuannya Hamzah.

Ali bin Abi Tholib sejak kecil menemani Rasulullah bahkan dipilih menjadi menantunya. Ia tumbuh sebagai seorang pemuda sosok teladan bagi para pemuda seusianya di bawah didikan ibunya Fathimah binti Asad dan yang menjadi mertuanya Khodijah binti Khuwailid. Begitu pula dengan Abdullah bin Ja?far, bangsawan Arab yang terkenal kebaikannya, di bawah bimbingan ibunya Asma binti Umais.

Orangtua mana yang tidak gembira jika anaknya tumbuh seperti Umar ibnu Abdul Aziz. Pada usianya yang masih kecil ia menangis, kemudian ibunya bertanya, ?Apa yang membuatmu menangis?? Ia menjawab, ?Aku ingat mati.? ? waktu itu ia telah menghafal Al Qur?an ? ibunya pun menangis mendengar penuturannya. Berkat didikan dan penjagaan ibunya yang sholihah Sufyan Ats Tsauri menjadi ulama besar, amirul mukminin dalam hal hadits. Saat ia masih kecil ibunya berkata padanya, ?Carilah ilmu, aku akan memenuhi kebutuhanmu dengan hasil tenunanku.? Subhanallah! Anak-anak kita rindu akan ucapan dan kasih sayang seorang ibu yang seperti ini, seorang ibu yang pandangannya jauh ke depan. Seorang ibu yang super arif dan bijaksaana.

Beberapa langkah dasar dalam mendidik anak yang disarikan dari Al Kitab dan Sunnah.

Pertama: mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepadaNya, menjauhkan mereka dari perbuatan syirik seperti ramalan lewat televisi, mengundi nasib lewat hp, dsb serta menjadikan mereka lebih mencintai Allah daripada selainNya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Ini pendidikan yang paling urgen di atas hal-hal penting lainnya.

Kedua: mengajari mereka sholat dan mencintai masjid sehingga membiasakan mereka untuk shalat berjama?ah dan memperdalam agama. Lingkungan masjid sangat baik untuk melatih mental dan pergaulan bagi anak-anak kita

Ketiga: mengajari mereka agar pandai bersyukur kepada Allah, kepada kedua orangtua, dan kepada orang lain. Orang yang bersyukur adalah orang yang tahu berterimakasih atas segala pemberian dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah SWT.

Keempat: mendidik mereka agar taat kepada kedua orangtua dalam hal yang bukan maksiat, setelah ketaatan kepada Allah dan rosulNya yang mutlak. Orang tua bukan hanya bisa memerintah agar anak-anak mentaati tetapi juga harus menjadi contoh teladan dan panutan yang baik sebelum memerintahkan sesuatu kebaikan kepada anak.

Kelima: menumbuhkan pada diri mereka sikap muroqobah atau merasa selalu diawasi Allah. Tidak meremehkan kemaksiatan sekecil apapun dan tidak merendahkan kebaikan walau sedikit.

Keenam: mengawasi pergaulan dan orang-orang yang menjadi teman anak-anak kita serta mengarahkan mereka bagaimana memilih teman dengan cara yang baik. Seringkali pengaruh teman jauh lebih besar dibandingkan nasihat-nasihat guru atau orang tua.

Ketujuh: mengarahkan mereka akan pentingnya ilmu Al Kitab dan Sunnah. Ajarkan membaca Al Quran semenjak kecil dan ajak mereka jika para orang tua mengaji di masjid.

Kedelapan: menanamkan pada jiwa mereka sikap tawadlu, rendah hati, dan rujulah serta syaja?ah (keberanian membela kebenaran). Buat anak-anak kita bangga jika mampu berbuat baik dan berani dalam membela kebenaran.

*) Dr H.M Fachrizal Achmad adalah praktisi kesehatan dan tulisan ini merupakan ringkasan dari khutbahnya pada Idul Fitri 1432 H di Masjid Al Istiqomah, Jalan Percetakan Negara I, Jakarta Pusat.
(T.A008/Z002)

Oleh Oleh Dr HM Fachrizal Achmad, M
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011