didukung betul oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim
Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menargetkan dalam tiga bulan mendatang Surabaya zero stunting menyusul angka stunting atau kerdil di Kota Surabaya menurun drastis dari 5.727 pada Oktober 2021 menjadi 1.626 pada saat ini.

"Saya ingin tiga bulan ke depan dipantau terus," Wali Kota Eri Cahyadi di Surabaya, Minggu.

Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya sebelumnya menyebut angka stunting di Surabaya pada Oktober 2021 ada 5.727 kasus, namun, tidak sampai akhir 2021, jumlah stunting mampu diatasi hingga turun menjadi 1.785 kasus.

Dari jumlah 1.785 balita stunting pada 31 Desember 2021 tersebut, Dinkes Surabaya berhasil menurunkannya menjadi 1.657 balita stunting pada 31 Januari 2022. Sedangkan pada awal Maret 2022 turun lagi menjadi 1.626.

Baca juga: Tiga balita berisiko stunting jadi pemenang lomba Surabaya Emas
Baca juga: Wali Kota: Pejabat mestinya malu masih ada bayi tengkes di Surabaya

Eri mengatakan, dalam mengatasi masalah stunting bukan hanya tugas Pemkot Surabaya dan TP PKK saja, tetapi juga peran dari Kader Surabaya Hebat serta seluruh stakeholder. Dengan kebersamaan tersebut, ia berharap angka stunting di Kota Surabaya bisa ditekan lagi.

"Kami didukung betul oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim, sehingga semua stakeholder nanti akan menjadi satu bagian agar bisa zero stunting," ujarnya.

Ia menyampaikan pesan, tugas pemerintah jangan sampai mempermalukan wong cilik, karena pemerintah hadir adalah untuk memberikan yang terbaik untuk warga Surabaya.

Oleh karena itu, ia ingin nantinya para kader melanjutkan gerakan Surabaya Emas (Eliminasi Masalah Stunting) sebagai motivasi mengatasi stunting ke depannya.

"Insya Allah nanti kalau sudah ada SK Kader Surabaya Hebat itu muncul, saya inginnya per RW. Jadi nanti per RW itu akan dapat penghargaan, jika angka stuntingnya paling sedikit. Tidak hanya stunting, tapi juga tidak ada gizi buruk, orang miskin yang tidak masuk ke dalam MBR (masyarakat berpenghasilan rendah), saya harap tidak ada lagi itu," kata Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Kota (Bappeko) Surabaya ini. 

Baca juga: IDAI sarankan pendataan akurat data kelahiran anak di Surabaya

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022