Bengkulu (ANTARA News) - Permintaan lempuk durian yang merupakan makanan khas Bengkulu untuk dijadikan oleh-oleh pada Lebaran Idul Fitri 1432 H menurun dibandingkan 1431 H.

"Pada 2010 permintaan lempuk (dodol durian) oleh para wisatawan yang datang ke daerah ini saat Ramadhan dan masa libur Lebaran mencapai tiga ton namun saat ini hanya satu ton saja," kata pedagang makanan khas di kawasan Jalan Soekarno-Hatta Bengkulu Darnita Sabtu.

Ia mengatakan, penyebab menurunnya permintaan lempuk tersebut disebabkan stok makanan khas tersebut terbatas sehingga harganya meningkat dan permintaan menurun.

"Sebelum Ramadhan memang daerah Bengkulu sedang dibanjiri buah durian yang menjadi bahan utama lempuk namun saat puasa pekerja yang membuatnya terbatas sehingga produksi lempuk pun menjadi berkurang yang berakibat harga menjadi naik dari Rp50.000 menjadi Rp70.000 per kilogram," katanya.

Selain dijual per kilogram, lempuk durian juga dipasarkan dalam bentuk kemasan dengan harga Rp35.000 per kotak yang berisi 20 potongan kecil-kecil.

Adapun pembeli lempuk berasal dari dalam dan luar Bengkulu. Untuk pembeli dari luar Bengkulu antara lain wisawatan yang berasal dari Lombok Nusa Tenggara Barat, Padang Sumatera Barat, Bali dan Medan Sumatera Utara.

Ia mengatakan, buah durian yang cocok untuk lempok selain durian Bengkulu juga buah durian dari Padang, Aceh, Lampung dan Kalimantan Barat yang buahnya betul-betul masak tua.

"Kalau bahan bakunya berasal dari buah durian muda, rasanya kurang lezat, disamping tidak tahan lama untuk distok karena dodolnya akan berubah warna keputih-putihan, " ujar dia.

Selain lempuk, ia juga menjual makanan khas Bengkulu lain seperti keripik ikan beledang, manisan terong, kue bay tat dan kue perut punai.

"Harga-harga makanan khas Bengkulu ini meningkat dari hari biasa. Peningkatan permintaan dan harga makanan saat menjelang lebaran seperti sekarang sudah menjadi tradisi. Harga kembali stabil setelah Lebaran," ujarnya. (ANT-213/M027/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011