Sungguh mengharukan, sangat bahagia, ini sangat berharga,

Hong Kong (ANTARA) - Masker, sarung tangan, disinfektan ... setelah memastikan dirinya memiliki pasokan antiepidemi yang cukup di bagasi, Stephen Sha dengan cekatan memakai pakaian pelindung berwarna biru, masuk ke dalam taksinya, dan mengeluarkan alat uji mandiri cepat untuk COVID-19.

"Satu garis, negatif," ujar Sha sambil bernapas lega. Pria berusia 72 tahun itu pun kemudian mengenakan masker, pelindung wajah (face shield), dan sarung tangan, lalu menunggu pesanan dari pusat pengiriman taksi untuk menjemput pasien COVID-19.

Karena jumlah kasus baru harian COVID-19 terus melonjak di Hong Kong, warga lebih jarang bepergian keluar rumah agar tidak tertular. Sementara itu, banyak pengemudi profesional, termasuk Sha, turun ke jalan untuk melayani kelompok penumpang khusus.

Deretan taksi dari armada "taksi antiepidemi" menunggu pesanan di sebuah jalan di Hong Kong, China selatan, pada 18 Februari 2022. (Xinhua/Wang Shen)

Pada pertengahan Februari, pemerintah Daerah Administratif Khusus (Special Administrative Region/SAR) Hong Kong memperketat kebijakan-kebijakannya terkait antiepidemi. Salah satunya adalah pemberhentian layanan makan di tempat (dine-in) di restoran-restoran setelah pukul 18.00.

Karena situasi epidemi yang parah, jalan-jalan yang tadinya ramai di pusat keuangan global itu menjadi cukup sepi. "Ini bukan Hong Kong yang saya kenal," tutur Sha dengan muram.

Ketika Sha mengetahui pemerintah SAR Hong Kong membuat armada "taksi antiepidemi" untuk mengantar para pasien COVID-19 ke klinik, dia memutuskan untuk bergabung.

Pada 22 Februari, dua hari sebelum Sha bergabung dengan armada taksi tersebut, keluarga adik bungsu Sha didiagnosis positif COVID-19.

Keluarga itu tidak pergi ke rumah sakit, tetapi tinggal di rumah karena khawatir akan menyebarkan penyakit tersebut jika menggunakan transportasi umum.

Tekad Sha untuk ikut ambil bagian dalam armada taksi tersebut pun menjadi semakin kuat dan dia berharap dapat membantu para pasien COVID-19 sebanyak yang dia bisa.

Seorang pengemudi taksi dari armada "taksi antiepidemi" mendisinfeksi kendaraannya di Hong Kong, China selatan, pada 5 Maret 2022. (Xinhua

Sung Yat-lung, seorang pengemudi lainnya dari armada "taksi antiepidemi", mengakui bahwa dirinya takut tertular.

Tetapi, menurut pengakuannya, dia menemukan kepuasan dan keberanian dalam membantu para pasien untuk pergi ke klinik dan mendapatkan perawatan.

Sistem perawatan kesehatan Hong Kong kewalahan digempur gelombang kelima epidemi COVID-19. Tenaga kesehatan garis depan di daerah administratif itu pun bekerja di bawah tekanan yang sangat tinggi.

Pusat Pengendalian Infeksi Hong Kong di Rumah Sakit Lantau Utara menjadi salah satu rumah sakit rujukan di Hong Kong untuk merawat pasien COVID-19.

Di rumah sakit itu, seorang warga bernama Nona Ma bekerja sebagai asisten ahli anestesi dan biasanya dia membutuhkan waktu hampir dua jam untuk berangkat kerja setiap harinya.

Sebagai bagian dari upaya untuk membendung penyebaran virus, beberapa rute bus di Hong Kong telah disesuaikan dan frekuensi layanan bus juga dikurangi.

Keadaan itu membuat perjalanan sehari-hari Ma menjadi semakin sulit. Baru-baru ini, dia diberi tahu soal layanan taksi khusus yang disediakan oleh sebuah grup taksi setempat.

Pada Februari, grup tersebut meluncurkan gerakan untuk menawarkan tumpangan gratis bagi tenaga kesehatan yang bertugas di garis depan penanganan wabah serta angkutan gratis untuk pasokan antiepidemi.

"Saya senang jika saya dapat membantu memangkas waktu perjalanan para tenaga kesehatan," kata Dickson Chen, salah satu dari 100 lebih pengemudi taksi yang menjadi sukarelawan gerakan tersebut.

Terkadang saat Sha memarkir taksinya di tepi jalan dan orang mengenalinya sebagai "taksi antiepidemi", mereka akan menghampirinya untuk mengucapkan terima kasih.

"Sungguh mengharukan, sangat bahagia, ini sangat berharga," ujar Sha sembari tersenyum lebar.

Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022