Jakarta (ANTARA) - Co-CEO Famous Allstars (FAS) Alex Wijaya berpendapat bahwa ekosistem industri ekonomi kreator (creator economy) di Indonesia perlu memiliki asosiasi yang dapat berfungsi untuk melindungi, memberi standar, hingga mengedukasi bagi para pelaku yang terlibat di dalamnya.

Baca juga: INSPIRAFEST 2021 digelar virtual, dorong ekonomi kreator

Menurutnya, para pelaku di industri tersebut masih berjalan secara sendiri-sendiri dengan tujuan yang berbeda-beda. Hal tersebut juga menjadi salah satu tantangan yang dihadapi industri ekonomi kreator.

"Menurut saya standarisasi belum tercipta karena kita masih banyak bergerak sendiri-sendiri, goals sendiri-sendiri. Tantangannya bagaimana agar bisa merangkul semua... untuk tujuan sama-sama mengembangkan industri ini. Kalau industrinya tidak berkembang, ya, semuanya akan kolaps," kata Alex dalam wawancara khusus bersama media secara virtual, Rabu.

Ia mengatakan asosiasi dapat mencakup seluruh para pelaku, mulai dari brand, pemengaruh (influencer), kreator konten, perusahaan agensi, talent management, dan seterusnya.

Baca juga: Raffi Ahmad yakin kreator konten bisa sukses dengan kearifan lokalnya

Asosiasi nantinya dapat menjembatani para pelaku dengan pihak pemerintah untuk berkolaborasi mengembangkan industri ekonomi kreator. Selain itu, keberadaan asosiasi juga dapat memberi perlindungan bagi para pelaku, termasuk kreator konten dan pemengaruh.

"Misalnya, kalau pengguna kartu kredit ditipu dia bisa lapor OJK. Tapi kalau influencer ditipu (oleh brand), dia lapor ke siapa? Hari ini kan tidak ada wadahnya. Biasanya influencer melapor lewat Instagram atau mengunggah post (atas kasusnya). Begitu cara dia melapor, berharap ada institusi pemerintah yang menindak," kata Alex.

Ia berpendapat bahwa regulasi di industri periklanan (advertising) yang ada saat ini belum bisa mencakup kebutuhan dunia kreator ekonomi yang bergerak di dunia digital.

"Tidak bisa disamakan regulasi advertising dengan content creator atau branded content Instagram, itu treatment-nya berbeda," tutur Alex.

Baca juga: GoPlay hadirkan inovasi baru untuk "live streaming"

Tak hanya soal perlindungan, asosiasi juga dapat mendorong edukasi kepada masyarakat mengenai peluang lapangan pekerjaan baru di industri kreator ekonomi.

"Pada saat generasi-generasi baru muncul, sekarang mungkin mereka tidak ingin jadi banker seperti saya sewaktu dulu, sekarang mungkin mereka maunya jadi podcaster. Tapi apakah ada wadah yang tepat untuk mereka tahu bagaimana sih cara masuknya, hak-hak apa sih yang sebetulnya bisa mereka lihat, etika-etikanya seperti apa sih bermain di industri ini," terangnya.

Alex mengatakan saat ini pihaknya juga tengah mendorong para pemangku kepentingan untuk memulai membangun asosiasi yang menaungi industri ekonomi kreator.

"Kami sudah mulai pembicaraan tiga pekan terakhir untuk kita memulai asosiasi, untuk kita bisa bergerak, juga bagaimana kita sama-sama dengan pemerintah untuk memajukan dan melindungi industri ini," katanya.

Alex juga memprediksi bahwa industri ekonomi kreator akan semakin berkembang dan bertumbuh serta tidak akan pernah berhenti seiring dengan peningkatan teknologi.

"Kami melihat peluang di antara ekonomi kreator dari semua stakeholders, baik dari brand, kreator, platform, ekosistem digital, kami melihat ada peluang dan ini akan terus berkembang," katanya.


Baca juga: "Omnichannel" penting untuk imbangi perilaku belanja masyarakat

Baca juga: Cara viralkan konten musik di media sosial

Baca juga: Enam tips untuk jadi kreator konten

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022