Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam transaksi antarbank di Jakarta Jumat sore kembali melemah sebesar tujuh poin menjadi Rp8.570 per dolar AS dibanding hari sebelumnya Rp8.563.

Pengamat pasar uang dari Bank Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa penguatan nilai tukar rupiah masih tertahan terhadap dolar AS dalam beberapa pekan terakhir karena menghindari risiko akibat kekhawatiran mengenai krisis utang Eropa dan kondisi ekonomi AS.

"Nilai tukar rupiah sebenarnya masih dapat menguat dan stabil, namun beberapa investor asing yang masih melepas saham pada pasar ekuiti lokal menahan rupiah untuk menguat terhadap dolar AS," kata dia.

Rully mengemukakan, kondisi krisis yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan negara Eropa menjadi alasan pelaku pasar untuk mengurangi aktifitasnya di negara-negara pasar berkembang (emerging market).

"Jika kondisi sudah kondusif, maka saya yakin pelaku pasar akan kembali ke emerging market, termasuk Indonesia yang mempunyai fundamental ekonomi yang positif," katanya.

Apalagi, lanjut dia, ekspektasi peringkat Indonesia yang akan menjadi tempat tujuan investasi (invesment grade) pada 2012 akan menambah derasnya arus modal asing masuk ke dalam negeri (capital inflow).

Ia mengemukakan, saat ini ada angin positif dari negara Jerman yang menyetujui untuk memberikan bantuan terhadap Yunani dan beberapa negara Eropa lain yang sedang mengalami krisis.

"Seiring dengan usaha perbaikan krisis di Eropa akan dapat meredakan kekawatiran pelaku pasar untuk masuk ke dalam negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang dianggap cukup kuat dalam menahan krisis global," ujarnya.

Ia memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan pekan depan akan masih dalam kisaran yang terbatas di kisaran Rp8.560 hingga Rp8.580.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat mencatat mata uang rupiah tidak bergerak harganya di posisi Rp8.571.
(T.KR-ZMF/B012)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011