Pemodelan yang diberi nama 'Pemodelan Tsunami Merah Putih' itu juga mencakup inundasi atau jarak horizontal terjauh yang dijangkau oleh gelombang tsunami dari garis pantai, yang dapat digunakan untuk memperkirakan dampak tsunami terburuk
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengunkapkan bahwa pemodelan tsunami yang akan dikembangkan bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) nantinya tidak hanya menyajikan prediksi estimasi waktu tiba gelombang, ketinggian, dan "run up" tsunami.

"Pemodelan yang diberi nama 'Pemodelan Tsunami Merah Putih' itu juga mencakup inundasi atau jarak horizontal terjauh yang dijangkau oleh gelombang tsunami dari garis pantai, yang dapat digunakan untuk memperkirakan dampak tsunami terburuk," katanya dalam penjelasan di Jakarta, Rabu.

"Poinnya, data prediksi yang disajikan nantinya jauh lebih tajam. Pemodelan inundasi ini juga bisa digunakan lebih jauh untuk memprediksi dampak serta kerugian material dan non material yang terjadi jika tsunami melanda. Misal, ada berapa desa yang tersapu tsunami, infrastruktur apa saja yang ada di zona tersebut, penduduk, dan lain sebagainya," tambahnya.

Ia mengatakan seluruh data yang dikeluarkan nantinya juga memiliki tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi. Dengan begitu, nantinya upaya mitigasi yang dilakukan pemerintah dapat lebih komprehensif dalam menekan risiko dan kerugian yang mungkin ditimbulkan.

Pemodelan Tsunami Merah Putih, kata dia, juga akan melibatkan banyak pakar, di antaranya Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia Dr. Gegar Prasetya, serta beberapa peneliti dari ITB dan UGM.

Kegiatan Pengembangan Pemodelan Tsunami Merah Putih ini juga dikawal oleh Asisten Deputi Bidang Infrastruktur Dasar, Perkotaan, dan Sumber Daya Air (Asdep IDPSDA) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Rahman Hidayat.

Sementara itu Deputi Geofisika BMKG Suko Prayitno menambahkan, sejak tahun 2008 BMKG telah mengembangkan sebanyak 20.000 pemodelan tsunami.

Sebanyak 5.000 pemodelan merupakan hibah bantuan dari Jerman tetapi hanya mencakup wilayah barat Pulau Sumatra dan selatan Pulau Jawa. Sementara 15.000 pemodelan sisanya merupakan pemodelan yang dibuat oleh BMKG.

"Kami berharap jumlah pemodelan merah putih yang dikembangkan bersama BRIN nantinya jauh lebih banyak dengan berbagai parameter dan kemungkinan. Mulai dari magnitudo, hiposentrum, sumber gempa, penyebab gempa, dan lain sebagainya," katanya.

Sedangkan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Prayitno menegaskan jika BMKG siap bekerja sama dan berkolaborasi dengan BRIN, termasuk dalam hal riset tsunami.

Menurutnya, ini akan sangat bermanfaat untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami atau Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) yang selama ini dimiliki BMKG.

"Semoga dalam tempo 1-2 tahun kolaborasi ini bisa terealisasi," demikian Bambang Prayitno.

Baca juga: BRIN dan BMKG kembangkan pemodelan tsunami Merah Putih

Baca juga: BMKG sebut perlu ada pemodelan tsunami karena longsor dan erupsi

Baca juga: BPPT: Hasil pemodelan tsunami konsumsi akademis

Baca juga: Pemulihan Aceh Bisa Jadi Model, Kata Pejabat PBB

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022