Kami terus komunikasikan dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga bersama investor. Ini diharapkan berkembang di Indonesia mengingat produksi telur kita surplus
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah terus mendorong modernisasi budi daya dan rantai pasok guna mengembangkan industri perunggasan nasional bisa memiliki daya saing yang mumpuni.

"Berbagai upaya pengembangan industri perunggasan nasional yang dilakukan pertama yaitu peningkatan produktivitas dan daya saing industri perunggasan melalui modernisasi budi daya dan rantai pasok," kata Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud dalam webinar "Geliat Bisnis Udang dan Unggas di Tahun Macan Air" yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Musdhalifah menuturkan pemerintah juga mendorong pengembangan industri pengolahan telur, seperti tepung telur, liquid egg, frozen egg, sebagai bahan baku industri pengolahan lanjut.

"Kami terus komunikasikan dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga bersama investor. Ini diharapkan berkembang di Indonesia mengingat produksi telur kita surplus," katanya.

Kemenko Perekonomian memperkirakan produksi telur ayam ras pada 2022 mencapai 5,92 juta ton, melebihi kebutuhan yang mencapai 5,31 juta ton, sehingga ada surplus sebesar 615 ribu ton.

Upaya lain untuk mendorong pengembangan industri perunggasan, lanjut Musdhalifah, yakni mengimplementasikan pengaturan tata niaga daging dan telur ayam ras untuk kepentingan peternak, pelaku pasar, dan konsumen secara proporsional.

Baca juga: Mantan Irjen Kemenperin ungkap peluang industri pengolahan telur

"Kita juga melakukan stabilisasi harga daging dan telur ayam ras di tingkat peternak dan konsumen," katanya.

Pemerintah juga melakukan stabilisasi harga pakan ternak dan harga bahan baku pakan ternak unggas.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah terus berupaya meningkatkan konsumsi daging dan telur ayam ras di tingkat masyarakat serta membentuk Tim Kajian Penataan Perunggasan Nasional dan Penyusunan Roadmap Perunggasan Nasional.

Semua upaya tersebut, juga sejalan dengan tantangan yang dihadapi industri perunggasan nasional, mulai dari tingginya harga pakan, bahan baku pakan dan DOC, belum adanya verifikasi dan validasi data perunggasan nasional secara terintegrasi.

"Kita perlu mengembangkan harga onfarm livebird dan telur ayam ras yang sering di bawah harga acuan. Serta tingkat konsumsi protein hewani per kapita yang masih rendah. Kita berupaya meningkatkan konsumsi dengan mendorong BPNT (Bantuan Pangan Non-Tunai), dengan memasukkan ayam dan telur agar bisa diakses rakyat," katanya.

Baca juga: Indef sarankan pemerintah miliki data termutakhir industri perunggasan

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022