Pekanbaru (ANTARA) - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Riau menargetkan vaksin sebanyak 100.000 ekor sapi di Riau, mulai tahun 2022 guna mengantisipasi penyebaran virus Lumpy Skin Disease (LSD) pada sapi yang sudah ditemukan di 7 Kabupaten di Riau.

"Lumpy Skin Disease (LSD) adalah penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV) yang merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae, dan umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau," kata Kepala Dinas PKH Riau, Herman di Pekanbaru, Kamis.

LSD menyebabkan luka pada kulit, demam, kehilangan nafsu makan, penurunan produksi susu, dan dapat menyebabkan kematian.

Herman mengatakan, vaksin dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus LSD tersebut sedangkan pengadaan vaksin dilakukan oleh pemerintah pusat dan Riau masih menunggu kiriman vaksin tersebut.

"Setelah dilakukan penelitian terhadap sampel darah sapi yang terkena LSD, untuk pencegahan akan dilakukan vaksin terhadap 100.000 ekor sapi di Riau," kata Herman.

Vaksin untuk mengantisipasi penyebaran virus LSD pada sapi tersebut diimpor dari luar negeri, sebab kasus sapi yang terjangkit virus LSD di Riau tersebut merupakan kasus pertama yang ditemukan di Indonesia.

Pada tahap awal katanya, diinformasikan akan datang 7.000 vaksin terlebih dahulu. Vaksin ini harus disuntikkan untuk jangka waktu selama tiga tahun berturut-turut.

"Saat ini ada 7 daerah yang ditemukan sapi terjangkit LSD, diantaranya di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) sebanyak 114 ekor sapi, di Kabupaten Pelalawan 25 ekor, di Kabupaten Kampar 8 ekor, di Kota Dumai 20 ekor, di Kabupaten Bengkalis 12 ekor, di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) 13 ekor, dan di Kabupaten Siak 50 ekor," katanya.

Jadi jumlah sapi yang sakit terkena virus mematikan itu tercatat sebanyak 242 ekor, dimana 3 ekor di antaranya mati. Namun, tingkat kematian penyakit sangat kecil maksimal 5 persen.

Selain mati, lanjut Herman, tercatat 13 ekor sapi dipotong paksa oleh peternak, karena masyarakat takut mati. Meski dipotong paksa, daging sapi tetap bisa dikonsumsi sedangkan yang kena penyakit hanya bagian kulit sapi.

"Tapi setelah ditangani intensif, angka kesembuhan sapi yang terjangkit virus LSD cukup tinggi tercatat 84 persen dari total sapi yang terkena penyakit. Jadi ciri-ciri sapi mulai sembuh dari LSD ini adalah sapi tersebut sudah mau makan, karena selama sakit sapi tidak makan sebab tenggorokan sakit," katanya.
Baca juga: China, Filipina tangguhkan impor daging sapi dari Kanada karena BSE
 

Pewarta: Frislidia
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2022