Jakarta (ANTARA) - Badan Aksesiblitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengumumkan pelaksana proyek dari Hot Backup Satelite (HBS) atau satelit cadangan untuk dapat menyokong satelit SATRIA-1 sehingga bisa memberikan akses komunikasi lebih merata bagi masyarakat di Indonesia.

Pengadaan proyek HBS atau satelit cadangan itu ternyata telah melewati proses pengadaan selama hampir enam bulan sejak 19 Oktober 2021 oleh BAKTI Kominfo dan didapatkan hasil terpilihnya pelaksana proyek itu.

“BAKTI mengumumkan hasil kerja dari tim Pokja Pengadaan Proyek Hot Back Satelite, pemenang tender yang ditunjuk oleh Pokja pengadaan HBS adalah Kemitraan Nusantara Jaya,” kata Direktur Utama BAKTI Kominfo Anang Latief dalam konferensi pers virtual, Jumat.

Adapun Kemitraan Nusantara Jaya akan bertanggung jawab untuk mewujudkan HBS dengan rincian satelit dibangun menggunakan teknologi dari perusahaan asal AS yaitu Boeing.

Sementara untuk proyek peluncuran satelitnya ke orbit, nantinya HBS akan diluncurkan menggunakan roket dari SpaceX jenis Falcon 9.

Satelit cadangan itu nantinya akan berada di orbit 113 Bujur Timur (BT) dengan kapasitas sebesar 80 GB persekon dan mendukung kinerja dari Satelit SATRIA-1 yang ditargetkan meluncur ke angkasa pada Juni 2023.

“Kami namakan hot backup satelite guna mengantisipasi jika terjadi anomali selama masa peluncuran satelit SATRIA-1 dan selama waktu operasional 15 tahun. Infrastruktur HBS ini juga disiapkan untuk memberikan penopang untuk operasional satelit SATRIA-1, sekaligus sebagai tambahan kapasitas sebesar 80 GB persekon,” kata Anang.

Untuk pengadaan HBS, BAKTI Kominfo memperkirakan akan memakan dana sebesar Rp5,2 triliun dengan target pengerjaan dimulai pada kuartal pertama 2022, peluncuran ke orbit pada kuartal pertama 2023, dan mulai beroperasi untuk publik pada kuartal keempat 2023.

Akan ada tujuh stasiun bumi yang tersebar di beberapa kota di wilayah Indonesia untuk HBS antara lain di Banda Aceh, Bengkulu, Cikarang, Gresik, Banjarmasin, Tarakan ,dan Kupang.

Satelit ini pun akan memiliki dua Satelite Control Center (SCC) dengan satu bersifat primer dan satu merupakan cadangan.

“Untuk SCC primer terletak di Cikarang, Jawa Barat sementara antena dan RF subsistemnya terletak di Banda Aceh. Adapun SCC cadangan dengan antenanya terletak di Banjarmasin dan RF subsistemnya berlokasi di Kupang,” kata Anang.

Setidaknya akan ada 3700 layanan kesehatan seperti puskesmas yang akan terkoneksi dengan internet, 3000 pos TNI dan Polri yang terhubung dengan satelit untuk mendukung kerja adminstrasi yang lebih mumpuni, 47.900 kantor pemerintah ditingkat desa, kelurahan serta kecamatan yang akan terbantu untuk penyelenggaraan e-goverment mumpuni dengan kehadiran Satelit HBS.

Selain itu diharapkan dengan adanya infrastruktur satelit tersebut bisa menjangkau ratusan ribu titik layanan yang berguna untuk komunikasi dan aktivitas digital masyarakat.

“Dengan hormat kami meminta dukungan dari semua pihak untuk mengawal serta membantu Kementerian Kominfo khususnya pada program penyediaan infrastruktur telekomunikasi oleh BLU BAKTI agar tepat guna dan tepat sasaran dengan kerja kolaboratif dan reformatif,” tutup Anang.

Baca juga: Komisi I DPR imbau BAKTI Kominfo perhatikan daerah "blank spot"

Baca juga: BAKTI Kominfo resmikan kerja sama layanan seluler 4G wilayah 3T

Baca juga: BAKTI Kominfo resmikan kerja sama layanan seluler 4G wilayah 3T


Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022