Banjarmasin (ANTARA) - Kejadian langka saat bayi bekantan lahir di Bekantan Rescue Center Banjarmasin yang dikelola Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI), di bawah binaan Kementerian Lingkungan Hidup RI melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan.

"Alhamdulillah, bayi bekantan (Nasalis larvatus) berjenis kelamin betina baru saja lahir," kata  Amalia Rezeki selaku pengelola Bekantan Rescue Center di Banjarmasin, Senin.

Diungkapkan Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki, kelahiran bayi bekantan di tempat perawatan bekantan sementara itu merupakan kejadian langka dan merupakan prestasi tersendiri bagi dunia konservasi, terutama bagi SBI dan BKSDA Kalsel.

Betapa tidak, di tengah maraknya berita populasi bekantan terancam akibat alih fungsi lahan, kebakaran hutan dan perburuan liar, ternyata masih ada harapan penambahan populasi bekantan secara ex-situ, terutama hasil titipan yang bisa melahirkan di tempat tersebut.

Baca juga: Pemprov Kalsel dukung pengembangan konservasi bekantan di Batola

Baca juga: SBI jaga ekosistem lahan basah habitat bekantan


Bayi bekantan itu lahir dari pasangan induk Mimin (betina) dan Pedro (pejantan). Kedua satwa tersebut berasal dari masyarakat yang dipelihara sejak bayi dan setelah dewasa diserahkan ke SBI untuk direhabilitasi, karena perilaku alaminya telah hilang.

"Selama dalam perawatan kedua bekantan tersebut menunjukkan gejala birahi. Ternyata benar, setelah digabungkan mereka kawin," tutur Amel.

Dijelaskannya, proses kelahiran bayi bekantan berjalan normal dan diasuh induknya dengan baik. Mimin mengalami kehamilan sekitar 6 bulan. Selama kehamilannya dipantau secara rutin oleh dokter hewan dan perawat satwa. Pola makan dan pakannya pun dipantau terus, agar kesehatannya terjamin.

Bekantan betina mempunyai masa kehamilan sekitar 166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan satu ekor anak dalam sekali masa kehamilan. Anak Bekantan akan bersama induknya hingga menginjak dewasa usia sekitar 4 tahun.

Amel dan tim mengaku berusaha memberikan perawatan sebaik mungkin dan pakan berkualitas berupa dedaunan seperti pucuk daun kelakai, daun rambai dan buah-buahan tertentu untuk Mimin selama masa kehamilan hingga melahirkan.

Di samping itu untuk memenuhi kebutuhan gizi, tim medis memberikan suplemen vitamin dan pakan ekstra sekaligus menjaga stamina dan produksi susu induknya.

Selama masa bunting hingga melahirkan, Mimin di bawah pantauan tim medis yang dipimpin drh Adinda Anina.

Secara berkala dokter hewan muda itu melakukan cek medis atas perkembangan janin Mimin hingga melahirkan.

"Alhamdulillah, senang banget akhirnya Mimin melahirkan juga dengan selamat dan bayinya juga sehat," ucap drh Adinda.
Amalia Rezeki dan tim melakukan perawatan terhadap bekantan yang melahirkan di Bekantan Rescue Center Banjarmasin. (ANTARA/Firman)


Bekantan oleh lembaga konservasi Internasional IUCN masuk dalam daftar merah sejak tahun 2000 dengan status konservasi endangered (terancam kepunahan).

Selain itu Bekantan juga terdaftar pada CITES sebagai apendix I (tidak boleh diperdagangkan secara internasional). Satwa ini juga dijadikan maskot atau fauna identitas provinsi Kalimantan Selatan berdasarkan SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 28 Maret 1990.

Berdasarkan data BKSDA Kalimantan Selatan, populasi bekantan saat ini sekitar 2.200 ekor di provinsi itu. Terjadi penurunan dari tahun 2013 yang sebelumnya berjumlah sekitar 5.000 ekor.

Sejak 2015, SBI yang dikomando Amalia Rezeki sudah lebih dari 40 kali melakukan penyelamatan bekantan bersama BKSDA Kalsel dan sebagian besar sudah dilepaskan kembali ke alam, setelah melalui perawatan di pusat rehabilitasi sementara dan sisanya masih dalam perawatan.*

Baca juga: SBI berjuang selamatkan bekantan dari pandemi COVID-19

Baca juga: Bekantan Day, Masyarakat diajak peduli dan lestarikan ikon Kalsel itu

Pewarta: Firman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022