Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan dorongan bagi potensi-potensi perempuan akan memberikan implikasi lebih signifikan bagi ekonomi yakni menambah 28 triliun dolar AS atau 26 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) global.

“Jika potensi perempuan kita sadari sepenuhnya, implikasinya bagi ekonomi global akan lebih signifikan. 28 triliun dolar AS atau 26 persen dari PDB,” katanya dalam Side Event the 66th Session of the Comission on the Status of Women (CSW66) di Jakarta, Kamis.

Sri Mulyani mengatakan jumlah itu akan cukup untuk mengganti kerugian ekonomi global selama dua tahun terakhir akibat adanya pandemi COVID-19.

Tambahan 28 triliun dolar AS bagi ekonomi global akan tercipta lantaran perempuan dapat menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan mengingat sebagian besar usaha kecil dan menengah biasanya dimiliki dan dijalankan oleh perempuan.

Baca juga: Riset: Percepatan kesetaraan perempuan dapat tingkatkan PDB

Di sisi lain, Sri Mulyani menuturkan sejauh ini perempuan lebih banyak dikecualikan dari layanan keuangan karena berbagai faktor seperti di beberapa negara mereka tidak memiliki kartu identitas.

“Tanpa kartu identitas, jika Anda akan mengakses lembaga keuangan maka tidak mungkin karena lembaga keuangan secara formal akan diminta untuk menerapkan kartu identitas Anda,” jelasnya.

Selain itu, di beberapa belahan dunia perempuan bahkan tidak dapat memiliki aset atas nama mereka sehingga mereka tidak memiliki aset untuk menjadi jaminan atas akses mereka ke layanan keuangan kredit tertentu.

Kendala lainnya adalah literasi dan pengetahuan keuangan termasuk kemampuan untuk mengakses layanan keuangan karena jarak serta kendala lainnya.

Baca juga: Sri Mulyani: Kesetaraan gender beri 12 triliun dolar AS PDB global

Statistik Database Global Findex Bank Dunia pada 2017 menunjukkan akses perempuan terutama dalam hal kepemilikan ternyata 7 persen di bawah laki-laki.

Kepemilikan perempuan hanya 65 persen atau lebih rendah dibandingkan 72 persen untuk laki-laki sehingga kesenjangan ini relatif sangat rendah dibandingkan pada 2011 yang kesenjangannya sekitar 8 persen.

Oleh sebab itu, Sri Mulyani mengatakan inklusi keuangan menjadi pendorong utama yang sangat penting untuk mencapai inklusivitas ekonomi terutama kesetaraan bagi perempuan.

Dorongan kesetaraan gender ini akan dilakukan salah satunya melalui Presidensi G20 Indonesia yang bertema Recover Together Recover Stronger.

Sri Mulyani menegaskan upaya mewujudkan Recover Together Recover Stronger tidak akan tercapai apabila global tidak memprioritaskan kesetaraan gender.

“Anda tidak dapat pulih bersama kecuali setengah dari populasi (perempuan) tidak dapat memperoleh akses keuangan,” ujarnya.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022