Jakarta (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate memberikan penghargaan kepada sembilan pejuang telekomunikasi atas jasa dalam upaya pemerataan infrastruktur digital di Indonesia.

"Pemerintah memberikan penghargaan bagi pejuang telekomunikasi. Penghargaan tersebut diberikan agar jasa dan pengorbanan mereka dalam mengembangkan konektivitas digital hingga ke pelosok Tanah Air, selalu tetap dapat diingat dan menjadi teladan bagi kita semua," kata Menkomfinfo di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Menkominfo berbela sungkawa tewasnya delapan pekerja PTT di Papua

"Dan selalu ingat kontribusi mereka tidak hanya dalam pemerataan jaringan telekomunikasi tapi juga andil besar besar mereka dalam pembangunan negeri kita," ujarnya menambahkan.

Penghargaan tersebut ditujukan kepada sembilan orang pekerja yang menjadi korban serangan senjata yang terjadi pada 2 Maret 2022 sekitar pukul 03.00 WIT, berlokasi di Site Repeater B3 (CO 53M 756085 9585257) Distrik Mulia, Kabupaten Puncak, Provinsi Papua.

Dalam tragedi kemanusiaan itu, delapan korban antara lain Bona Simanulang, Renal Tagase, Bili Gadi Balen, Jamaluddin, Syahrul Nurdiansyah, Eko Satyansah, Bebi Tabuni, dan Ibo. Ada satu penyintas Nelson Sarira.

Menkominfo mengungkapkan kesedihan dan duka mendalam atas insiden yang berlangsung dan memengaruhi ekosistem digital di Indonesia.

Baca juga: LPSK tegaskan komitmen lindungi saksi penembakan KKB di Beoga

"Campur aduk perasaan antara sedih dan marah, sulit memahami akses seperti itu, di saat yang bersamaan kita bergandengan tangan membangun negeri kita agar masyarakat kita terlayani agar Indonesia bangkit dan sejajar dengan negara lain," katanya.

Menurut Menteri Johnny, upaya membangun infrastruktur digital untuk menghadirkan konektivitas digital nasional baik di daerah terpencil, tertinggal dan terdepan memiliki tantangan yang tidak mudah akibat faktor bentang alam dan sarana transportasi serta keamanan.

"Dari faktor bentang alam yang luar biasa, sarana transportasi dengan tantangan tersendiri hingga situasi keamanan," ujarnya.

Menteri Johnny mengapresiasi para pekerja yang mengabdikan diri di Papua adalah pribadi yang luar biasa dengan tugas mulia membangun infrastruktur digital untuk mengejar ketertinggalan dan kesetaraan dengan bangsa-bangsa yang lain.

"Penyerangan terhadap sembilan pekerja PT. PTT yang saat itu melakukan pemeliharaan infrastruktur TIK di site repeater B23 di Distrik Mulia Kabupaten Puncak di Papua memberikan rasa duka yang mendalam," kata Johnny.

"Sebagai Menteri Kominfo saya menyampaikan bela sungkawa dan duka cita mendalam. Saya mengecam keras tindakan kekerasan yang berdampak ada kematian. Hal itu tidak mencerminkan rasa kemanusiaan, tidak menunjukkan nilai kekerabatan sebagai bangsa," tegasnya.

Direktur Utama BAKTI Kementerian Kominfo Anang Latif menyatakan penghargaan untuk delapan orang korban dan seorang penyintas akibat tindak terorisme bukan hanya seremonial belaka.

"Delapan korban dan satu penyintas Pahlawan Telekomunikasi punya Keluarga yang terpaksa ditinggalkan. Acara ini memiliki makna memuliakan kehidupan atas perjuangan para korban dan penyintas," ujarnya.

Anang mengutuk keras tragedi kemanusiaan yang telah terjadi pada 2 Maret lalu. "Tidak kata yang cukup untuk mengutuk aksi terorisme yang telah terjadi," tegasnya.

Ada pun Kementerian Kominfo mendorong upaya penegakan hukum dan pemulihan keamanan oleh pihak yang berwenang agar situasi dapat kembali kondusif. Kementerian Kominfo juga menegaskan pembangunan infrastruktur digital sebagai prasyarat transformasi digital dengan semangat inklusif dan pemerataan.

"Kami akan terus memperjuangkan hak setiap warga negara untuk mendapatkan akses telekomunikasi. Saya berharap rasa kemanusiaan selalu unggul supaya tragedi kemanusiaan ini tidak terjadi lagi di Indonesia dan belahan dunia mana pun," kata Anang.


Baca juga: Satgas Damai Cartenz fokus evakuasi karyawan PTT korban KKB

Baca juga: RSUD Mimika siapkan petugas pemulasaraan jenazah karyawan PTT

Baca juga: Lokasi penyerangan karyawan PTT hanya terjangkau helikopter

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022