Timika (ANTARA News) - Ahli waris pemilik hak ulayat atas lokasi tambang PT Freeport Indonesia di Tembagapura hingga Grasberg (Bug Negel), Silas Natkime, bersedia memfasilitasi penyelesaian konflik antara manajemen PT Freeport dengan pihak PUK FSP-KEP SPSI.

Pernyataan kesediaan Silas Natkime untuk memfasilitasi itu disampaikan ke pemegang saham Freeport McMoRan Copper & Gold, James R. Moffet, di New Orleans Amerika Serikat (AS) melalui sebuah surat, setelah digelar pertemuan antara Pengurus Unit Kerja Federasi Serikat Pekerja Kimia Energi dan Pertambangan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (PUK FSP-KEP SPSI) PT Freeport dengan dirinya bertempat di Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) Kuala Kenvana, Timika, Jumat.

"Pengiriman surat ke James Moffet merupakan hasil keputusan dalam pertemuan bersama dengan Bug Negel Bapak Silas Natkime bertempat di IPN di Kuala Kencana hari ini. Kami karyawan dan SPSI PT Freeport ingin mendengar sendiri apa jawaban Moffet terhadap tuntutan karyawan," kata Ketua Bidang Organisasi PUK SPSI PT Freeport, Virgo Solossa.

Menurut dia, Silas Natkime akan melakukan pendekatan dan negosiasi dengan James Moffet. Karyawan PT Freeport akan menunggu hasil negosiasi yang dilakukan oleh Silas Natkime dengan James Moffet.

"Hasilnya seperti apa, kami akan menunggu jawabannya. Sepanjang permintaan karyawan belum dijawab oleh James Moffet, karyawan tetap tidak akan mau bekerja kembali," ujar Virgo.

Ia berharap, hasil negosiasi antara Silas Natkime dengan James Moffet nantinya bisa memenuhi harapan ribuan karyawan PT Freeport yang saat ini masih berada di Timika sejak menggelar aksi mogok kerja pada Kamis (15/9).

"Karyawan sangat mengharapkan adanya niat baik dari pemegang saham, sehingga karyawan bisa kembali bekerja," katanya.

Saat memberikan keterangan pers beberapa waktu lalu di Timika, Silas Natkime menegaskan dirinya bersikap netral dalam menyikapi aksi mogok kerja karyawan PT Freeport.

Silas meminta pihak manajemen PT Freeport dan PUK SPSI bersikap terbuka kepada semua pihak agar aksi mogok karyawan bisa segera diatasi.

"Kepada pemerintah, kami mohon agar mendukung dan memfasilitasi negosiasi antara manajemen PT Freeport dengan karyawan yang diwakili PUK SPSI untuk diselesaikan secara bijaksana antara bapak dan anak sehingga masyarakat bisa tenang, karyawan juga bisa bekerja kembali dan semua menjadi damai," pinta Silas.

Silas adalah putra kandung Tuarek Natkime selaku pemilik ulayat atas areal pertambangan PT Freeport di Tembagapura, Mimika, Papua. Ia mengatakan, sangat prihatin dengan masalah yang saat ini terjadi di lingkungan PT Freeport.

Kondisi yang terjadi saat ini, katanya, sebetulnya sudah berlangsung cukup lama sejak enam bulan lalu, namun tidak bisa diselesaikan karena masing-masing pihak mempertahankan sikap dan prinsipnya masing-masing.

"Kalau perusahaan ini tutup, maka kami sebagai tuan tanah akan kena dampaknya. Kita semua harus berkomitmen untuk menjaga dan melindungi aset dan lambang Freeport ini supaya tidak dihancurkan," ujarnya.

Ia menambahkan, "Ini kita punya nafas hidup yang tidak boleh diganggu. Sebagai orang tua dan anak, manajemen dan SPSI harus mencari jalan keluar terbaik."
(T.E015/B013)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011