Jakarta (ANTARA) - Film "Jakarta vs Everybody" merekam realitas wajah lain kota metropolitan, khususnya Jakarta, yang banyak terjadi pada pendatang atau perantau daerah dengan mimpi dapat meraih kesuksesan, demikian menurut Produser Film Peter Taslim.

"'Jakarta vs Everybody' ini, cerita yang menurut saya real kehidupan Jakarta atau kehidupan besar metropolitan di mana seorang dari daerah datang ke Jakarta untuk beradu nasib biar agak sukses, baik latar belakangnya dari apapun, mereka taunya Jakarta itu tempat orang sukses," kata Peter saat konferensi pers virtual, Jumat.

Film garapan sutradara Ertanto Robby Soediskam ini akan ditayangkan di Bioskop Online secara terbatas mulai Sabtu (19/3). Sebelumnya, "Jakarta vs Everybody" direncanakan tayang di bioskop reguler tetapi ditunda karena pembatasan pandemi COVID-19.

Film ini bercerita tentang perantau bernama Dom (Jefri Nichol) yang berusaha mewujudkan mimpinya untuk menjadi seorang aktor. Di tengah kesulitan hidup, ia bertemu dengan Pinkan (Wulan Guritno) dan Radit (Ganindra Bimo) dan memutuskan untuk bergabung bersama mereka sebagai kurir narkoba.

Baca juga: Bioskop Online rilis tampilan perdana "Jakarta vs Everybody"

Baca juga: Film "Jakarta VS Everybody" angkat permasalahan anak muda di Jakarta


Peter mengatakan pihaknya ingin menyampaikan pesan melalui "Jakarta vs Everybody" bahwa potret kehidupan seperti karakter Dom juga dekat di sekeliling masyarakat yang selama ini mungkin tidak menyadari.

"Bukan hanya soal bandar besar, tapi yang kecil-kecil itu. Dari orang-orang kalangan bawah, dari latar belakang yang berbeda, dari orang yang baru datang ke Jakarta ingin mendapatkan uang banyak dengan cara singkat," tuturnya.

Wulan mengatakan pihaknya ingin menyuguhkan pengalaman sinema mengenai kota Jakarta dari sudut pandang berbeda, terutama dari sudut pandang bagaimana pengedar dan kurir narkoba beroperasi. Melalui film ini, lanjutnya, setidaknya penonton bisa lebih menyadari bahwa realitas yang digambarkan memang terjadi dan dapat dijadikan sebagai pembelajaran.

"Genre dari film ini sendiri adalah realita sosial sehingga ini digambarkan sereal sedemikian rupa. Jadi ini jendela buat teman-teman melihat kehidupan sisi lain kota Jakarta," ujarnya.

Wulan bercerita bahkan dirinya melakukan observasi bersama pemeran lainnya mengenai seluk-beluk kegelapan kota Jakarta, mulai dari mengobrol dengan mantan kurir narkoba hingga menyamar ke kelab malam untuk memahami pengalaman dari sudut pandang lain.

Meski "Jakarta vs Everybody" menampilkan sisi kelam wajah ibukota, Wulan juga menekankan bahwa film ini juga menyoroti poin penting mengenai kesempatan kedua atau proses manusia bisa keluar dari perjalanan hidup yang berkelok-kelok.

Film "Jakarta vs Everybody" pernah ditayangkan perdana di Festival Film Black Nights Tallinn (PÖFF) di Estonia pada 2020. Pada tahun lalu, film ini masuk nominasi Festival Film Indonesia untuk kategori pemeran utama pria dan perempuan terbaik.

Baca juga: HOPE Foundation gandeng Stella Risa desain baju untuk kampanye "Kasih"

Baca juga: Aksi kelompok anak indigo "Ghost Buser" siap mengocok perut

Baca juga: Reza Rahadian belajar gitar, kesan Wulan Guritno di "Rumah Kenangan"

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022