Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) aktif memperkuat sosialisasi mitigasi gempa bumi dan tsunami pada wilayah rawan tsunami di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

"Kami sosialisasikan dan edukasi ke masyarakat bahwa semakin dekat ke utara, semakin dekat sumber pembangkit tsunami, jadi harus paham waktu tiba tsunami. Jangan tunggu sirene, karena sudah keburuan tsunami," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kepada ANTARA di Labuan Bajo, Jumat.

Hal itu dia sampaikan mengingat beberapa wilayah di Manggarai Barat berada dekat dan terbuka ke Laut Flores, seperti Boleng, Rangko, dan Macang Pacar.

Semakin mendekat ke arah utara, maka wilayah itu semakin dekat dengan pembangkit tsunami, sehingga waktu tiba tsunami hanya berlangsung 3-15 menit.

Menurut dia, warga pada daerah itu tidak perlu menunggu bunyi sirene pada menit keempat atau menit kelima. Mereka harus segera berlari ke tempat yang lebih tinggi sesuai dengan potensi ketinggian tsunami pada masing-masing daerah tersebut.

Dia menerangkan wilayah Kota Labuan Bajo masih memiliki waktu datang tsunami yang cukup lama yakni 20-30 menit.

Baca juga: BMKG luncurkan sistem informasi tsunami berbasis radio dan Android

Namun, tetap perlu pemahaman yang tepat terkait mitigasi tsunami sehingga warga bisa mengevakuasi diri secara cepat ke daerah yang lebih tinggi.

Jika merasakan goyangan gempa berayun hingga 10 hitungan, lanjut dia, warga harus segera berlari ke tempat yang lebih tinggi.

Tiap wilayah per kabupaten memiliki peta ketinggian tsunami yang berbeda-beda. Namun, semakin dekat dengan laut paling depan, semakin cepat tsunami datang dan semakin tinggi pula tsunami tersebut.

Oleh karena itu masyarakat perlu mendapatkan pelatihan terkait dengan cara mengevakuasi diri dengan cepat.

Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Manggarai Barat Sti Nenotek menambahkan hingga saat ini tidak ada alat teknologi canggih yang bisa memprakirakan terjadinya gempa dan tsunami.

Oleh karena itu, masyarakat harus terus-menerus diberi edukasi agar bisa mengambil langkah antisipasi terhadap gempa bumi dan tsunami.

Apabila terjadi gempa bumi yang menyebabkan barang-barang di dalam rumah berjatuhan, dia meminta warga yang tinggal di pinggir pantai untuk segera mengevakuasi diri ke wilayah yang lebih tinggi.

Untuk hal ini, Sti menyebut BMKG terus melakukan berbagai upaya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.

Baca juga: BMKG sampaikan rencana aksi hadapi gempa dan tsunami di Maluku
Baca juga: BMKG: Konsep bangunan buruk bukti masyarakat belum siap hadapi bencana
Baca juga: BMKG ajak masyarakat pahami peta bahaya tsunami di Manggarai Barat

Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022