Jakarta (ANTARA) - Google baru-baru ini mengakuisisi sebuah perusahaan rintisan atau startup yang berfokus pada pengembangan tampilan panel microLED untuk diaplikasikan di perangkat Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR).

Nampaknya perusahaan raksasa teknologi ini masih belum menyerah menghadirkan gagasan kacamata pintar yang terkoneksi dengan ruang virtual sehingga mengakuisisi perusahaan Raxium dengan alasan untuk mendorong pengembangan dan teknologi terbaru. Mengutip GSM Arena, Sabtu, Google pada 2020 juga pernah mengakuisisi perusahaan rintisan yang khusus untuk membuat kacamata AR bernama North.

Baca juga: Go Digital ASEAN beri pelatihan untuk 37 ribu masyarakat Indonesia

Akuisisi terbarunya pada Raxium menunjukkan Google belum menyerah dalam hal pengembangan mixed reality atau realita campuran.

Biaya akuisisi Raxium belum diungkap, namun dalam beberapa laporan sebelumnya diperkirakan biaya yang digelontorkan oleh Google mencapai 1 miliar Dolar AS.

Panel microLED mirip dengan OLED karena tidak menggunakan lampu latar, melainkan setiap piksel memancarkan cahayanya sendiri.

Perbedaan dengan OLED adalah pada bahan yang digunakan dalam panel microLED menjanjikan untuk menjadi lebih cerah, lebih hemat energi dan untuk memperbaiki masalah umur panjang (seperti burn-in).

Namun, membuat microLED tidaklah mudah dan membuatnya menjadi perangkat khusus untuk digunakan layaknya kacamata merupakan tantangan besar.

Baca juga: Google berikan fitur peringatan serangan udara di Ukraina

Hal itu karena layar kecil dan ringan sehingga pengembangnya perlu mengisi sebagian besar bidang pandang Anda.

Raxium mengklaim telah mencapai piksel sekecil 3,5 m, jauh lebih kecil daripada piksel OLED biasa.

Raxium belum memproduksi perangkatnya secara massal maka dari itu jika bisa dikembangkan tentu teknologi ini mungkin yang terbaik untuk saat ini.

Bagaimanapun, Google memang sedang berlomba dengan perusahaan teknologi lainnya seperti Apple dan Meta juga telah mengakuisisi startup yang bergerak di bidang kacamata AR.

Kacamata pintar dinilai berpotensi menggantikan ponsel pintar sebagai cara sebagian besar pengguna berinteraksi dengan dunia digital namun hingga saat ini konsep itu belum terwujud karena pengembangannya yang menantang.

Baca juga: Google beri fitur deteksi kondisi kabel buruk di layanan Android Auto

Baca juga: Google mungkin saja rilis Android 13 versi beta April 2022

Baca juga: Pembaruan Google Docs, draf email dan kirim lewat Gmail


 

Penerjemah: Livia Kristianti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022