Kuala Lumpur (ANTARA) - Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia bekerjasama dengan KBRI Kuala Lumpur mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sanggar Bimbingan (SB) yang diprioritaskan untuk anak-anak pekerja migran Indonesia (PMI) tidak berdokumen yang berlokasi di lantai dua flat Pelangi Magna, Kepong, Kuala Lumpur, Sabtu.

Peresmian SB yang kedua bagi PCIM tersebut dilakukan oleh Koordinator Sanggar Bimbingan Pendidikan Non Formal KBRI Kuala Lumpur Dadi Rosadi didampingi Ketua PCIM Malaysia, Assoc Prof Dr Sonny Zulhuda, Ketua Majelis Pendidikan, Seni dan Olahraga Ustadz Ahmad Fathoni, Penasehat PCIM, Adi Tobing, sejumlah pengurus dan guru-guru Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).

Acara peresmian diawali dengan pembacaan Al Qur'an oleh salah satu siswa SB dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu Tanah Airku dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala SB Kepong, Ihwan.

Ihwan yang juga mahasiswa salah satu kampus di Malaysia mengatakan SB Kepong pada awalnya berasal dari SB Kampung Baru yang kemudian diputuskan untuk berdiri sendiri.

Baca juga: UMPR-PCIM Turki siap kolaborasi majukan SDM Kalteng

Baca juga: PCIM Malaysia: Muhammadiyah bertahan karena otonom


"Ke depan kami akan tetap kolaborasi dengan SB Kampung Baru. Saat ini kami mempunyai 27 orang siswa. Semoga bisa mengajak anak-anak non dokumen yang tidak bisa belajar di sekolah formal maupun sekolah kebangsaan di Malaysia," katanya.

Ketua Majelis Pendidikan, Seni dan Olahraga PCIM Malaysia, Ustadz Ahmad Fathoni mengatakan pendirian SB Kepong memiliki banyak cerita susah sebelumnya.

"Susah pada awalnya. Nggak mungkin didirikan. Namun bagi Allah, ada nggak usaha kita? Allah akan melihat usaha kita. Orang beriman melihat kita. Berani nggak kita memulai langkah," katanya.

Menurut Fathoni, pendidikan bukan hanya hak tetapi juga kewajiban, terlepas seseorang mempunyai dokumen maupun tidak.

"Kita ingin mereka diberi peluang setinggi-tingginya. Anak-anak punya kesempatan sama untuk bermimpi. Setelah tamat SB ijazahnya sah dari pemerintah. Setelah ini kemungkinan kita akan membuat SB tingkat SMP. Tolong sepulang dari SB orang tua ikut bantu mengawasi anak-anak," katanya.

Ketua PCIM Malaysia, Assoc Prof Dr Sonny Zulhuda mengatakan ribuan halaman buku tebal dimulai dari satu titik demikian pula kesuksesan seseorang dimulai dari satu langkah.

"Ini sejarah penting untuk kita dan untuk adik-adik kita. Awalnya kalau ditanya cita-citamu ingin seperti apa? Mereka rata-rata menjawab ingin seperti orang tua, namun setelah mengenal gadget, mereka ingin menjadi YouTuber, TikToker, tetapi kita belum menyiapkan jalan untuk mereka," katanya.

Pada kesempatan tersebut dosen di IIUM Malaysia itu membacakan teks lagu Laskar Pelangi yang menceritakan untuk menaklukkan dunia diawali dengan mimpi sebagai sebuah kunci meraih cita-cita.

"Anak-anak kita punya hak yang sama. Dikelola oleh Muhammadiyah tidak berarti siswanya dari Muhammadiyah. Kalau mikir hanya untuk Muhammadiyah maka organisasi ini sudah selesai. Muhammadiyah sudah menjadi bagian republik. Muhammadiyah untuk semua. Saya berharap lima tahun lagi Muhammadiyah punya sekolah di Malaysia," katanya.

Penasehat PCIM Malaysia, Aldi Tobing dalam sambutannya mengatakan kehadirannya telah menjadi saksi hasil kerja dari Muhammadiyah.

"Hari ini kita ikut mencerdaskan bangsa sesuai dengan pembukaan UUD 1945. Saya ikut bangga dengan hasil karya Pak Khusnul Agil (pengurus PCIM Malaysia) dan tim. Mantapkanlah mimpi-mimpi kalian," katanya.*
Siswa SB Kepong saat menyanyikan lagu. ANTARA Foto/Agus Setiawan (1)


Koordinator Sanggar Bimbingan Pendidikan Non Formal KBRI Kuala Lumpur Dadi Rosadi dalam sambutannya mengatakan SB mulai dirintis Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur, Mokhammad Farid Makruf pada 2019 yang dimulai dari Gombak dan yang ke-5 di Kepong saat ini.

"Saat ini sudah ada 15 dan target ada 20 SB pada bulan ini. Kami sudah mencari calon-calon SB berikutnya. Semoga terwujud. Benar informasi yang disampaikan bapak-bapak bahwa pendidikan sudah menjadi kewajiban yang didapatkan anak-anak Indonesia dimanapun berada baik yang memiliki dokumen maupun tidak," katanya.

Dadi menceritakan dirinya dulu turut merintis pendirian SB di Sabah melalui perjuangan dengan meyakinkan pemilik ladang sawit.

"Dulu sangat riskan dengan pendidikan. Belum mudah diberi akses oleh pemilik ladang. Alhamdulillah, di sini banyak Ormas peduli. Kendati didirikan oleh PCIM, namun peserta bukan hanya dari Muhammadiyah saja," katanya.

Dia mengatakan ketika membuka SB harapannya untuk menampung anak-anak WNI di sekitar lokasi sanggar dan saat ini sudah ada 530 siswa SB berpayung pada pendidikan non formal.

"Pertemuan dengan guru saat ada materi yang sulit saja. Maka kami buat SB berpayung dengan pendidikan formal yang berpayung pada Jakarta. Kalau target sudah terpenuhi nanti akan didaftar ke Jakarta dan akan mendapatkan dana BOS per anak," katanya.

Dia mengharapkan para peserta nanti tidak hanya mendapatkan ijazah kejar paket, namun sama dengan ijazah sekolah pada umumnya.

"Saat ini sudah ada 106 siswa SB kelas enam dan sedang difikirkan untuk mendapatkan beasiswa repatriasi ke Indonesia sedangkan di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur sendiri saat ini sudah penuh," katanya.*

Baca juga: UMM gandeng KBRI dan PCIM Jepang kaji sistem energi bebas karbon

Baca juga: Muhammadiyah Malaysia berkurban 15 sapi dan 12 kambing

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022