Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Tim peneliti dari Badan Geologi Bandung berhasil mengidentifikasi sebaran objek padat di dalam tanah sekitar lokasi temuan dua arca dwarapala dan jaladwara, Desa Podorejo, Tulungagung, Jawa Timur.

"Hasil temuan awal kami memang mengidentifikasi cukup banyak anomali tinggi yang diduga berasal dari benda padat-benda padat di sekitar lokasi yang kami lakukan survei menggunakan perangkat gradiomagnetik. Tapi kami belum bisa menyimpulkan itu (benda) apa," kata Kepala Tim Geolog dari Badan Geologi Bandung, Hidayat, di Tulungagung, Minggu.

Ada dua metode yang dilakukan guna meneliti kemungkinan adanya benda-benda cagar budaya di sekitar lokasi temuan arca dwarapala dan jaladwara di Desa Podorejo itu.

Baca juga: Pemkab Tulungagung laporkan temuan arca dwarapala ke BPCB Trowulan

Selain perangkat gradiomagnetik yang memiliki kemampuan mendeteksi benda-benda di kedalaman dangkal, tim geolog juga menggunakan alat georadar.

Piranti elektronik ini merupakan alat pelacak bawah permukaan bumi dengan gelombang radio.
Petugas mengukur panjang dimensi arca dwarapala yang ditemukan di Desa Podorejo, Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (19/3/2022). Dua arca berbentuk dwarapala dan Jaladwara atau kepala naga diduga peninggalan zaman Majapahit (1293 - 1527) itu ditemukan warga secara tidak sengaja di kedalaman tanah sekitar 30 centimeter saat melakukan penggalian untuk pembangunan gudang masjid setempat. ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

Georadar biasanya digunakan untuk eksplorasi dangkal dengan ketelitian (resolusi) sangat tinggi sehingga mampu mendeteksi target bawah permukaan sampai target ukuran sentimeter.

Beberapa sebaran anomali yang telah dideteksi menggunakan gradiomagnetik semua telah dicatat dan ditanda pada setiap bidang seluas dua meter persegi pada bidang tanah kebun dengan total luas sekitar 14 x 30 meter.

Baca juga: BPCB Jawa Timur akan restorasi arca Agastya dari situs Srigading

"Hasil sementara masih akan diproses.
Sementara masih dapat data mentah. Nanti akan kami olah, dan hasilnya akan kami sampaikan dalam kurun beberapa hari ke depan," katanya.

Dalam survei atau penelitian dengan pendekatan geologi itu tidak dilakukan kegiatan penggalian.

Mereka hanya membuat peta sebaran benda yang terbaca pada hasil pendeteksian menggunakan dua perangkat detektor benda di dalam bumi dengan kedalaman dangkal itu, untuk dijadikan petunjuk awal bagi tim arkeologi yang ingin melakukan eskavasi.

"Mungkin saja anomali tinggi yang terbaca (alat) ada berkaitan arca atau benda bersejarah lain dengan bahan padat berasal dari batuan andesit. Tapi bisa juga benda lain," katanya.

Menurut penjelasan Hidayat, anomali tinggi yang terbaca alat gradiomagnetik maupun georadar pada dasarnya. Bisa banyak hal. Misal dari pondasi tembok pagar atau bangunan yang di dalamnya ada otot berbahan besi/baja.

"Bisa juga bolder batu-batu andesitik. Jadi pembuktian butuh kolaborasi dengan teman-teman arkeologi," katanya.

Penelitian itu merupakan permintaan khusus dari Bappeda Tulungagung kepada tim geolog Badan Geologi Bandung yang selama empat pekan ini berada di Tulungagung untuk kepentingan penelitian rencana usulan kawasan geopark kawah gunung purba di Tulungagung bagian selatan.

Penelitian dilakukan di sebuah kebun yang berada di Desa Podorejo, Kecamatan Wonodadi, menyusul telah ditemukannya dua arca diduga peninggalan zaman Majapahit pada Sabtu, 26 Februari 2022. (*)

Baca juga: Arca Agastya ditemukan dalam ekskavasi di situs Srigading Malang

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022