... Silahkan penduduk memutuskan, terutama di provovisi-provinsi yang terlibat dalan proyek itu...
San Borja, Bolivia (ANTARA News) - Presiden Bolivia, Evo Marales, Senin, menangguhkan rencana membangun satu jalan raya utama melalui suaka alam Amazon yang memicu protes penduduk pribumi.

"Di tengah-tengah perdebatan nasional ini dan bagi provinsi untuk membuat satu keputusan, saya memutuskan menangguhkan proyek jalan raya di Wilayah Perlindungan Pribumi Isiboro dan Taman Nasional yang dikenal sebagai TIPNIS," kata Morales dalam satu pernyataan yang dikeluarkan istana presiden.

"Silahkan penduduk memutuskan, terutama di provovisi-provinsi yang terlibat dalan proyek itu," tambahnya.

Menteri Pertahanan Bolivia, Cecilia Chacon, mengundurkan diri pada awal protes terhadap rencana pembangunan jalan raya itu.

Sementara para mahasiswa melakukan unjuk-unjuk rasa di kota-kota besar, pemogokan nasional sedang direncanakan, dan Organisasi Negara Amerika (OAS) mempertimbangkan akan mengirim para pengawas untuk menyelidiki bentrokan-bentrokan akhir pekan itu.

Protes-protes anti-jalan raya itu menimbulkan tantangan penting pada pemerintahan kiri Morales yang berasal dari etnik pribumi pertama yang jadi presiden, yang mengatakan jalan raya sepanjang 300km itu penting bagi pembangunan ekonomi.

Polisi anti huru hara menembakkan gas air mata, Minggu (25/9), untuk membubarkan protes di La Paz oleh ratusan orang yang menentang rencana pembangunan jalan raya itu. Polisi menahan sekitar 300 pemrotes dan memaksa mereka naik bus-bus dalam satu operasi yang menecederai beberapa orang.

Polisi memasuki kamp pengunjuk rasa dengan tindakan yang sangat keras," kata aktivis hak asasi kawakan Maria Carbajal kepada AFP.

Pada Senin, para pemrotes memblokir landas pacu bandara di kota Rurrenabaque dengan ban-ban yang terbakar dan pohon untuk mencegah polisi menangkap para pengunjuk rasa, kata Wali kota Yerko Nunez kepada media lokal.

Penduduk yang bersimpati kemudian mengusir polisi dan membebaskan mereka yang ditahan, kata Nunez.

"Kami tidak tahu mengapa pemerintah bertindak kejam," kata Rafael Quispe, salah satu dari para pemimpin protes.

Jalan raya yang dibiayai Brazil itu akan membentang melalui suaka alam tempat tinggal sekitar 50.000 warga pribumi dari tiga kelompok berbeda dari daerah dataran rendah Amazon.

Jalan raya itu adalah bagian dari jaringan yang menghubungkan Bolivia, satu-satunya negara yang paling banyak penduduk pribumi di Amerika Selatan dan Brazil, satu pasar penting bagi ekspor Bolivia.

Pemerintah mengatakan terlalu mahal untuk membangun jalan raya di sekitar suaka alam itu.

Penduduk pribumi Indian Amazon juga khawatir bahwa warga Indian Quechua dataran tinggi Amazon dan warga Aymara ---kelompok-kelompok pribumi utara Bolivia dan para pendukung Morales-- akan membanjiri daerah jalan raya itu dan menguasai wilayah itu.

"Yang paling penting bagi kami adalah mereka menghentikan aksi kekerasan secepat mungkin," kata utusan PBB di Bolivia, Yeriko Yasukawa, mengingatkan pihak berwenang akan tanggung jawab mereka untuk "melindungi penduduk."

Berbicara di istana pemerintah Quemado di La paz, Menteri Dalam Negeri Sacha Llorenti membantah laporan-laporan bahwa seorang bayi yang dibawa serta dalam aksi protes itu tewas, atau orang yang melarikan diri akibat semprotan gas air mata hilang.

Polisi anti huru hara memasang pagar keamanan di sekitar gedung Quemado sementara ribuan pengunjuk rasa di luar gedung itu, sebagian besar mahassiwa, memprotes tindaka keras polisi itu.

Aksi-aksi protes juga dilakukan di kota Cochabamba-- tempat para mahasiswa melakukan unjuk rasa dan kelompok-kelompok Aymara dan Quechua mulai melakukan mogok makan-- serta di provonsi Beni di utara, pangkalan sentimen anti-Morales. (H-RN)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011