Jakarta (ANTARA) - Untuk bisa bertahan hidup dan sukses di lingkungan yang berbeda, psikolog dan Co-Founder TigaGenerasi Saskhya Aulia Prima mengatakan ada tiga kategori keterampilan yang harus dikembangkan oleh anak, yakni kemampuan kognitif dan metakognitif, kemampuan sosial dan emosional, dan kemampuan fisik dan praktikal. 

"Untuk mendorong perkembangan ini, orang tua dapat memberikan anak ruang dan waktu untuk menjelajahi minat mereka, mendorong mereka menyuarakan pendapat, mengajari cara mengomunikasikan perasaan, melibatkan mereka dalam proyek kolaboratif, serta mendorong mereka untuk melakukan berbagai aktivitas fisik," kata Saskhya dalam webinar “Future Skills for Children”, Kamis.

Untuk melatih kemampuan kognitif dan metakognitif, orangtua dapat mengajak anak untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat sejak dia bisa mulai berbicara.

Sebagai contoh, anak usia dua tahun bisa diajak terlibat memilih satu dari dua makanan yang ingin dia makan. Jika anak masih bayi, kemampuan ini dilatih sesederhana mengajak anak berbicara dan menyebutkan benda-benda di sekitarnya.

Baca juga: Ibu di era digital semakin kritis dan informatif

Perlu juga memberi ruang dan waktu untuk menjelajahi minat mereka. Berikan anak kebebasan untuk mengeksplorasi kreativitasnya.

Tantangan bagi orangtua adalah harus sabar dalam menunggu proses anak dan bisa mengasuh dengan lebih "mindful". Kadang kala orangtua tak sabar ketika menunggu anak menyelesaikan pekerjaan yang menurut orang dewasa sepele, seperti menggunting kertas.

Saskhya mengingatkan orangtua untuk menahan diri untuk membantu agar anak kelak bisa mandiri dalam menyelesaikan masalah.

"Tunggu dulu, kalau mau bantu pakai 'mulut' dulu, kasih instruksi saja. Tunggu waktu seberapa pun geregetannya kita, itu akan berguna buat anak," ujar dia, menambahkan anak yang terlalu banyak diatur sejak kecil dapat kesulitan untuk membuat pilihan kelak.

Untuk mendorong perkembangan sosial dan emosional, biasakan anak mengomunikasikan perasaannya secara sehat. Ketika anak marah, tahan rasa jengkel dan beri pengakuan serta validasi atas perasaannya. Dari situ, anak dapat belajar bahwa perasaan bisa diungkapkan secara baik-baik.

"Orangtua perlu jadi pendengar kalau anak sedang mengungkapkan perasaannya, jangan dipotong," pesan dia.

Libatkan juga anak dalam kegiatan yang butuh kerjasama dengan orang lain, misalnya mengajak anak melakukan proyek bersama adik dan kakaknya di rumah atau bersama teman-temannya secara daring.

Orangtua juga berperan sebagai panutan anak soal keterampilan sosial dan emosi yang baik. Jadilah contoh yang baik dalam menampilkan emosi.

"Perhatikan bagaimana anak saat marah, mungkin sekali anak mengikuti kita," katanya.

Untuk mengembangkan kemampuan fisik dan praktikal, orangtua dapat melatih anak melakukan hal-hal seperti memakai baju sendiri dan mengambil air minum sendiri.

Eksplorasi juga kegiatan seperti musik, seni dan olahraga yang menggunakan motorik halus. Bantulah anak untuk membantu dirinya sendiri sebisa mungkin.

"Kita harus berpikir kita membesarkan orang dewasa tapi masih anak-anak karena tujuannya kalau kita tidak ada, mereka sudah lebih siap untuk jadi pembelajar terus menerus," papar dia.

Baca juga: Kursi santai perkecil sakit punggung ibu hamil selama di rumah

Baca juga: Kiat buat suasana makan bersama anak makin menyenangkan

Baca juga: Psikolog: Penting tanamkan kebahagiaan kepada anak sejak dini

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022