Sebagai akibatnya, kami harus menaikkan harga jual semen kami, baik kantong maupun curah di pertengahan bulan Maret 2022 sebagai usaha untuk meneruskan sebagian beban kenaikan biaya energi dan minyak tersebut
Citeureup, Bogor (ANTARA) - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menyatakan bahwa meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa telah membuat lonjakan tinggi pada harga batu bara dan minyak, sehingga tidak bisa dihindarkan berdampak pada kenaikan harga semen.

"Sebagai akibatnya, kami harus menaikkan harga jual semen kami, baik kantong maupun curah di pertengahan bulan Maret 2022 sebagai usaha untuk meneruskan sebagian beban kenaikan biaya energi dan minyak tersebut," kata Direktur Utama (Dirut) Indocement Christian Kartawijaya pada konferensi pers PT Indocement secara daring, yang diikuti ANTARA di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat sore.

Indocement adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia dengan produknya bernama "Tiga Roda".

Saat ini Indocement dan entitas anaknya bergerak dalam beberapa bidang usaha yang meliputi pabrikasi dan penjualan semen (sebagai usaha inti) dan beton siap-pakai, serta tambang agregat dan trass, dengan jumlah karyawan sekitar 5.000 orang.

Indocement mempunyai 13 pabrik dengan total kapasitas produksi tahunan sebesar 25,5 juta ton semen.
Direktur Utama (Dirut) Indocement Christian Kartawijaya (dua dari kiri) Didampingi Direktur SDM Anthonius Marcos (kiri) saat memberikan keterangan pada konferensi pers secara daring, yang diikuti di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (25/3/2022). (FOTO  ANTARA/HO-Indocement)


Sebanyak 10 pabrik berlokasi di Kompleks Pabrik Citeureup, Bogor, Jawa Barat, dua pabrik di Kompleks Pabrik Palimanan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dan satu pabrik di Kompleks Pabrik Tarjun, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Didampingi Direktur SDM Anthonius Marcos, ia mengemukakan bahwa tahun 2022 dimulai dengan meningkatnya kekhawatiran COVID-19 varian Omicron yang telah menjadi nyata ketika puncaknya terjadi pada Februari lalu, namun sejak itu kasus harian baru terus menurun diikuti dengan perubahan pada kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Lalu, disusul meningkatnya ketegangan geopolitik di Eropa, yakni perang antara Rusia dan Ukraina, sehingga telah membuat lonjakan tinggi pada harga batu bara dan minyak.

Dampaknya, perseroan harus menaikkan harga jual semen sebagai usaha untuk meneruskan sebagian beban kenaikan biaya energi dan minyak tersebut.

Lalu, kata dia, ditambah dengan kenaikan harga kertas dan bahan baku lainnya sebagai efek tekanan inflasi dari kondisi saat ini.

Namun demikian, kata dia, Indocement tetap optimistis untuk tetap bisa bersaing dalam pasar semen domestik yang diperkirakan masih tumbuh sekitar lima persen.

Kondisi itu didukung terutama dari pertumbuhan semen curah pada kelanjutan proyek-proyek infrastruktur dan katalis positif pembangunan ibu kota negara baru (IKN) serta pemulihan proyek-proyek komersial dari para pengembang.

Namun, untuk menekan biaya, perseroan telah meningkatkan tingkat konsumsi bahan bakar
alternatif dari 9,3 persen pada tahun 2020 menjadi 12,2 persen pada tahun 2021.

"Itu termasuk peningkatan penggunaan batu bara low calorific value (LCV) dari 80 persen menjadi 88 persen," demikian Christian Kartawijaya.

Baca juga: Indocement keluarkan Rp1 triliun untuk bahan bakar alternatif

Baca juga: Indocement raih dua penghargaan bidang lingkungan hidup

Baca juga: Indocement tingkatkan kompetensi humas via "workshop" foto jurnalistik

Baca juga: Indocement: Semen hidrolik turunkan emisi debu jadi "green cement"

 

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022