Nusa Penida (ANTARA News) - Anak-anak korban perahu "Sri Murah Rejeki" yang tenggelam pada 21 September, melakukan upacara "metatah massal" atau potong gigi massal yang merupakan rangkaian dari upacara ngaben orang tua mereka yang menjadi korban kecelakaan.

"Upacara metatah itu diikuti sembilan orang, empat cowok dan lima cewek," kata I Wayan Guna, seorang keluarga korban perahu tenggelam, di Nusa Penida, Bali, Jumat.

Upacara metatah massal itu dilakukan serangkaian dengan upacara "ngroras" atau 12 hari setelah upacara pembakaran jenazah.

Dikatakannya upacara metatah serta ngroras itu berlangsung selama tiga hari, sebelumnya dilaksanakan upacara "ngulapin" atau mengupacarai tempat terjadinya musibah.

Bendesa Pakraman Sebunibus, I Nengah Karat menuturkan delapan orang yang saat ini belum diketemukan jasadnya sudah diupacarai "pengulapan."

"Ngulapin dilaksanakan oleh keluarga masing-masing yang mana waktunya tidak bersamaan ada yang berselang tiga hari setelah hilang ada juga lebih dari itu," katanya.

Perahu "Sri Murah Rejeki" tenggelam pada hari Rabu (21/9) dini hari menewaskan 11 orang, 11 Selamat dan 13 lainnya masih hilang hingga kini.
(ANT-199)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011